Setiap apa pun di dunia ini pasti tidak terlepas dari kondisi
pembaharuan. Tanpa pembaharuan manusia tidak akan mampu bertahan lama di dunia
ini. Pembaharuan adalah nafas kehidupan yang harus selalu dijaga dan
dipelihara.
Syeikh Al-Mustofa Al-Ghalayaini dalam kitabnya "iddzatun nasyiin" atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih maknanya “wejangan untuk kaula muda” mengatakan attajaddud (pembaharuan) merupakan nafas kehidupan, bersifat alamiyah (ketentuan umum) yang terjadi pada setiap jiwa yang hidup. Beliau menganalogikan pembaharuan seperti kebun. Jikalau kebun oleh tukang kebunnya dibiarkan begitu saja, tidak ada upaya untuk memperbaikinya, tidak dirawat dengan baik, tidak disirami dengan air, tidak menghilangkan hama-hama yang mengganggu maka tanah kebun tersebut akan sakit, tidak subur,sehingga pohon-pohonnya akan rapuh, tidak bisa bertahan hidup, ranting-ranting akan kering yang pada akhirnya tidak akan berbuah dengan baik. Begitu pula sebuah organisasi yang tidak ada pembaharuan didalamnya, akan rapuh, tidak memiliki identitas dan kualitas nyata. Maka penting sekali adanya pembaharuan dalam tubuh organisasi.
Syeikh Al-Mustofa Al-Ghalayaini dalam kitabnya "iddzatun nasyiin" atau kalau diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia kurang lebih maknanya “wejangan untuk kaula muda” mengatakan attajaddud (pembaharuan) merupakan nafas kehidupan, bersifat alamiyah (ketentuan umum) yang terjadi pada setiap jiwa yang hidup. Beliau menganalogikan pembaharuan seperti kebun. Jikalau kebun oleh tukang kebunnya dibiarkan begitu saja, tidak ada upaya untuk memperbaikinya, tidak dirawat dengan baik, tidak disirami dengan air, tidak menghilangkan hama-hama yang mengganggu maka tanah kebun tersebut akan sakit, tidak subur,sehingga pohon-pohonnya akan rapuh, tidak bisa bertahan hidup, ranting-ranting akan kering yang pada akhirnya tidak akan berbuah dengan baik. Begitu pula sebuah organisasi yang tidak ada pembaharuan didalamnya, akan rapuh, tidak memiliki identitas dan kualitas nyata. Maka penting sekali adanya pembaharuan dalam tubuh organisasi.
Untuk mempertahankan eksistensi dan keberlangsungan estafet sebuah
organisasi maka dibutuhkan adanya pergantian kepemimpinan yang dalam bahasa
Syeikh Mustofa Al-Ghalayaini disebut sebuah attajaddud (pembaharuan). Oleh karenanya
organisasi HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Cabang Bogor Komisariat Tazkia pada
tanggal 12 April 2015 setelah mengadakan RAK (Rapat Anggota Komisariat) yang
berlangsung 23 Maret 2015 M menjalankan pembaharuan di tubuh komisariat dengan
mengadakan pelantikan pengurus masa amanah 2015-2016 M.
Terpilih dan terlantik menjadi Ketua Umum (KETUM) HMI Cabang Bogor
Komisariat Tazkia Kakanda Taufiq Nugroho, Sekretaris Umum (SEKUM) Kakanda
Rohmatullah Adny Asymuni, Ketua bidang Pengembangan Anggota (Kabid PA) Kakanda
Anwar Musaddad, Wakil Kabid PA Kakanda Abdul Hamid Al-Manshury. Ketua Bidang
PTKP (Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan) Kakanda Muhammad Shofi,
Wakil Kabid PTKP Kakanda Abd Rohim, Bendahara Yayuk dan KOHATI Ayunda Nifi
Devianty Nur Hikmah.
Semoga terbentuk pembaharuan dan terlantiknya kepengurusan baru di
tubuh HMI komisariat Tazkia dapat menjadikan HMI lebih baik dan membawa angin
perubahan kearah yang lebih baik sesuai dengan VISI suci HMI Terbinanya insan
akademis,pencipta,pengabdi yang bernafaskan islam dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang diridhai oleh Allah taa’la.
Oleh: Rohmatullah Adny Asymuni
SEKUM Komisariat.
Oleh: Rohmatullah Adny Asymuni
SEKUM Komisariat.