Sabtu, 06 Januari 2018

THE LABYRINTH OF DEBT

The Labyrinth Of Debt

Hutang adalah suatu pinjaman dari orang lain yang bertujuan untuk memenuhi kekurangan-kekurangan peminjam. Ada yang berhutang karena memang ia tidak memiliki apa-apa lagi, tetapi tidak sedikit yang berhutang untuk memenuhi trent hidup yang sebetulnya tidak diperlukan karena bukan kebutuhan primer.

Bagi siapapun yang kekurangan dana untuk memenuhi keberlangsungan hidupnya baik itu orang pribadi maupun lembaga dengan mudahnya maka ia akan mengambil keputusan untuk berhutang kepada pihak yang lebih mapan dalam material yang pastinya mempunyai syarat dan ketentuan sendiri.

Kegiatan hutang berhutang ini sudah ada sejak dahulu dimulai ketika pada zaman Nabi Adam as hingga saat ini. Nabi Muhammad SAW begitu memperhatikan dan sangat mewanti-wanti ini agar umat nya tidak mudah untuk berhutang, karena pada dasarnya dengan adanya hutang ini manusia bisa saja saling curiga dan bermusuhan yang akan berdampak pada renggangnya tali silaturahmi. Bahkan bisa saling merenggut nyawa saudaranya karena tak sanggup untuk membayar hutang kepadanya.

Nabi Muhammad menegaskan bahwa apabila manusia mati walaupun ia syahid kemudian masih ada hutang di dunia maka itu akan menghambat perjalanannya menuju syurga. Dosa-Dosa nya kepada Allah akan diampuni tetapi dosa hutang yang tidak bayar tidak akan diampuni sebelum dihisab. Bukan hanya masalah hutang pribadi tetapi juga terkait dengan hutang negara kita, negara Indonesia. Negara juga terlilit hutang yang sangat melimpah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan negara dan memakmurkan kehidupan rakyatnya.

Dana APBN terdiri dari berabagai sumber diantaranya adalah hutang dan invesatasi dari negara asing. Hutang dan investasi itu akan sangat berpengaruh bagi negara karena apabila tidak bisa membayarnya maka akan dikenakan sanksi ataupun denda yang berlipat ganda atau bisa disebut bunga dari pemberi hutang dan bunga dari investor. Hal ini yang akan menjadi masalah terbesar yang akan dihadapi oleh negara kita.

Setiap tahunnya Indonesia harus mengurangi APBN nya sekitar 20-30 persen untuk membayar hutang-hutang tersebut beserta bunga dendanya. Pada tahun 2006 pemerintah harus mengambil dana APBN untuk membayar hutang sebesar Rp 91,60 Triliun kepada negara asing. Dengan perincian Rp 28,01 Triliun untuk memayar bunga dan hutang pokok sebesar RP 63,59 Triliun. Dengan dana hutang sebesar itu pemerintah sangat terbeban sehingga mengakibatkan terjadinya dana belanja negara yang tidak optimal untuk membangun cita-cita Indonesia yang sejak dahulu. Hal ini terjadi karena manusia yang bekerja di pemerintah itu tidak memirkan rakyatnya.

Dana yang ada pada APBN digunakan untuk pembangunan dan sebagian besarnya malah dikorupsi, mereka terkena jeratan setan yang terkutuk karena mereka selalu menghembuskan keinginan dan terus memenuhi hasyratnya. Akhirnya Indonesia tiap tahunnya mempunyai hutang yang beripat-lipat dan menjadi negara korupsi ke-lima tertinggi di dunia.

Oleh : Kanda Nasrul Latif
Kader HMI Komisariat STEI Tazkia


Senin, 01 Januari 2018

LAND REFORM

[Kajian SOTOI]
(SOlusi Terbaik Orang Islam)


Alhamdulillah senin 28/11/17 Komisariat STEI Tazkia melaksanakan kegiatan rutinnya yaitu Kajian SOTOI yg dipelopori oleh Bidang P3A.

Penyaji adalah Kanda Fathurrahman yg merupakan Sekum Komisariat STEI Tazkia dan di moderatori langsung oleh Kanda Ainul Yaqin Afifi, beliau adalah Formateur terpilih Komisariat STEI Tazkia. Tema SOTOI perdana yang diangkat oleh pemateri tentang "Land Reform".

Secara sederhana land reform mengandung arti perombakan struktur penguasaan tanah, beliau menjelaskan konsep dengan disertai data-data empiris yg ada di Sentul, Kalimantan, Belitung dan Palembang yang memang di benarkan oleh peserta diskusi.

Pemantik yang di berikan oleh penyaji tersebut benar-benar menjadikan forum cukup meriah dan memecah pandangan peserta ibarat blok barat dan timur.

Kanda Dhany memiliki pandangan lain, secara idiologi Land Reform ini adlh konsep sosialis sementara beliau lebih setuju dengan kapitalis, karena dengan pendekatan teknologi, kapitalis dapat lebih membuka lapangan pekerjaan yg besar beda halnya dengan konsep land reform ini.

Pandangan tersebut dibantah oleh Kanda Rijaluddin, "harusnya kapitalis tidak menggunakan kebohongan untuk mengelabui masyarakat, alangkah baiknya dilakukan atas dasar sama-sama ridho, misalkan dalam pembebasan tanah." Begitu pungkas beliau.

Diskusi semakin hangat, adanya beberapa masalah seperti kurangnya pengetahuan masyarakat, diiming-imingi imbalan yg lebih besar, ketidak jelasan surat-surat tanah yg dimiliki sebagian orang, dan faktor lainnya.

Solusi yg diberikan oleh peserta diskusi dan disempurnakan oleh pemateri, antara lain: ~perlunya edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya adm tanah dan ~jangan gampang menjual tanah yg diiming-imingi imbalan besar.

Pemateri menambahkan bahwa beliau mengangkat tema ini untuk meningkatkan kesadaran kita perihal pentingnya permasalahan tanah di berbagai daerah di Indonesia.
Maka dari itu harapan pemateri kepada peserta diskusi untuk lebih mendalami permasalahan ini, agar kita dan orang sekitar dapat terhindar dari masalah yang ada.

Kajian SOTOI 27/11 ditutup dengan pembacaan doa yg dipimpin oleh Kanda Tamimi selaku Kabid P3A. (Aya)

SINERGITAS

[SINERGISITAS]

Yang dikhawatirkan orang pedesaan anak keturunannya yang berada di jaman globalisasi yang tak diimbangi dengan ilmu dan akhlak.

Ada yang putus asa, tidak semangat memberikan wejangan yang tak mempan. Problematika mendidik keluarga musti harus dimulai dari orang tua sebagai sentral rujukan anak. Diperparah lagi gangguan HP dan sejenisnya yang belum mampu memberikan dampak positif signifikan pada mereka.

Kalau di sekolah (madrasah) guru sebagai pendidik, di rumah orang tualah sentral teladan kehidupan. Di sinilah perlu adanya sinergi yang sama antara guru dan orang tua untuk mencapai tujuan yang mulia, mencetak generasi ibadillah ash-sholihin (hamba Allah yang sholeh).

Kalau jaman dahulu kita dapati orang-orang yang memerahkan rambutnya, bertato dan semacamnya sebagai icon orang yang kurang baik (?) hanya di layar telivisi dan perkotaan. Jaman sekarang sudah mulai merambat kepedesaan yang dulunya hal demikian tabu. Diakui atau tidak, inilah secuil potret kehidupan masyarakat.

Kalau jaman dahulu, anak-anak sibuk mengeja a ba ta tsa di langgar-langgar guru ngaji dan bermalam untuk mengaji subuh hari, jaman sekarang anak-anak mulai asyik berkeliaran, nongkrong naik sepeda berjalan tak bertujuan. Disinilah peran strategis orang tua untuk selalu tak bosan dan sabar dalam memberikan pendidikan pada anaknya.

Mungkin iya pada saat demikian anak-anak yang belum mampu mengikuti perintah dan didikan orang tua belum merasakan penyesalan, tapi tidak menutup kemungkinan setelah ia beranjak dewasa, ingin membangun rumah tangga ia dengan sendirinya dan pengakuannya akan menyesali masa-masa lalunya yang tak memaksimalkannya dengan baik untuk masa depan yang lebih baik.

Wassalam.
Bangkalan, 02-01-2018
Oleh Rohmatullah Adny Asymuni