Banyak pelajaran yang kita mulai dari rumah. Rumah tempat kita berbagi kegelisahan sekaligus
kebahagiaan. Banyak kesan dan pesan yang kita peroleh jika mengingat sebuah
entitas yang kita sebut dengan rumah. Menghadirkan bayangan tentang rumah,
selalu saja menimbulkan antusiasme yang tinggi. Bayangan mengenai bagaimana
kita mendapatkan pendidikan bahasa, moral etika, dan banyak hal lainnya. Rumah
adalah tempat nyaman bagi keluarga. Rumah juga merupakan tempat bercengkrama
yang asik bagi kita semua. Singkatnya, kita semua mempunyai gambaran menarik tentang rumah.
Saya membayangkan kedepannya, jika HMI adalah rumah bagi kita semua yang berhimpun di dalamnya.
Sebuah organisasi yang menjadi tempat bernaung kita semua dalam menjalani kehidupan
dalam pribadi mahasiswa. Tentu jika pemahaman ini sudah
mengakar dalam benak kita, indah rasanya. Berbagi kegelisahan dan kebahagiaan.
Tentu kita sepakat bahwa kita butuh tempat berbagi. Demikian juga Kader Hmi
yang mayoritas anak rantauan. Dan HMI merupakan wadah
yang pas sebagai pengganti keluarga nun jauh disana.
Jika sudah terpatri sebagai keluarga, Apapun permasalahan
yang dihadapi, ditampung semua di HMI. Dicari solusinya bersama-sama. Satu
menderia, maka menderita semuanya, pun sebaliknya. Tidak melulu berbicara kemahasiswaan,
tapi lebih dari itu. semua tema pembicaraan bisa. Jika sudah demikian. Tak ada
kesulitan dalam ber-HMI. Dalam kurun waktu yang cepat, HMI akan kembali ke
permukaan sebagai gerakan mahasiswa yang solid. Segala hal menjadi mungkin,
termasuk membumikan insan cita yang diimpikan HMI. Dari keluarga himpunan ini,
semuanya dibangun. Karena jika sudah menjadi anggota keluarga, secara tidak
langsung kader juga akan terpanggil terhadap seluruh bangun aktivitas mengenai
HMI. Menghidupkan kembali budaya-budaya perkaderan, yang sudah jamak kita
ketahui bersama saat ini, perkaderan kita memang sedang mengalami penurunan.
Dari sebuah keluarga yang solid akan terbangun budaya-budaya yang baik. Tak
ada istilah kebuntuan dalam ber-HMI. Karena semuanya sudah paham dan terpanggil
untuk mengenal keluarganya lebih dalam. Jika sudah menjadi keluarga, secara
tidak langsung akan berpengaruh terhadap kapasitas dan jati diri keluarga. Akan
ada gerakan-gerakan masif menuju cita-cita keluarga himpunan ini, yakni
terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam demi
mewujudkan masyarakat madani. Budaya intelektual sebagai ciri khas dari insan
akademis dan semangat sepiritual sebagai bentuk pengejawantahan dari pribadi
seorang muslim.
Membangun dengan konteks kekinian dan disini,
menyatu dengan zaman namun tanpa melupakan masa lalu. Apa-apa budaya kebaikan
yang sudah ada pada masa lalu diteruskan seperti sekolah menulis dan arisan
baca serta menciptakan budaya-budaya baru yang belum pernah ada, seperti
sosialisasi perkaderan dan digitalisasi perkaderan, berhijrah dengan
menggunakan kekuatan media dalam menunjang perkaderan. Mempunyai corak
intelektual yang berpijak pada waktu dan tempat dimana kita berada serta
berdiri dengan berpedoman pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Wallahu ‘alam
Bisshowab.
oleh ; Joni Iskandar
Kader HMI Cabang Bogor Komisariat STEI Tazkia