Minggu, 05 Juli 2015

SALAH BERPIKIR MENGHASILKAN KESALAHAN


Silahkan berpikir dengan pikiran yang telah Allah anugerahkan, merenungan ayat-ayat kauniyah, meresapi keindahan alam yang diciptakan, dan mentadabburi oreintasi kehidupan. Sebab kalau hanya kita numpang hidup dan berpijak di bumi Allah yang sedemikian luas tanpa adanya investasi dan persiapan bekal menuju alam yang abadi rugi sekali.
Allah memberikan nikmat pikiran agar kita dapat menggunakannya dan sebagai pembeda dari hewan yang kerjaannya makan saja tanpa berpikir. Wajar saja, kalau berpikir walaupun sejenak lebih baik daripada seribu ibadah. Sebab dengan berpikir kita mengetahui akan keagungan Allah dan kemahakuasaannya.

Sayang sekali, orang yang punya pikiran tidak mengasah pikiran yan Allah anugerahkan. Padahal pikiran adalah nikmat yang harus kita syukuri. Mensykuri nikmat berpikir dengan cara menggunakannya sehingga dengan berpikir tersebut menghasilkan sesuatu yang pada ujungnya Allah meridhoinya.

Ada tipe manusia mampu berpikir dan buah pikirannya tersebut dapat menentramkan banyak orang. Ada juga tipe manusia dari buah pikirannya meresahkan bahkan membahayakan banyak orang.

Oleh sebab itu, berpikirpun ada pijakannya, tidak serta merta bebas dalam berpikir. Sebab sehebat apapun pikiran memiliki batas yang tidak bisa dipaksaan. Ada tipe manusia ketika memahami ayat-ayat Allah lebih mengagungkan pikiran dengan mengenyampingkan nash Al-Qur'an dan Hadits sehingga dari buah pikirannya tersebut jadi liberal: menafsirkan ayat-ayat Allah dengan semaunya sendiri tanpa berpijak kepada bangunan dan kerangka metedo dalam menggali hukum Allah.

Ada juga tipe manusia yang tidak mau berpikir secara logis, dan hanya memahami ayat Allah dengan cara tekstual mengeyampingkan pikiran, menyampingkan kontekstual sehingga buah dari pemahamannya rentan salah. Sebab manusia yang tipenya seperti ini, dia tidak mau berpikir ulang memahami ayat-ayat Allah. Sebut saja, aliran wahabi. Aliran ini lebih menegdepankan tekstual dan tidak menerima pemahaman secara kontekstual sehingga daro buah pemahamannya lebih radikal. Padahal memahami ayat Allah tidak cukup hanya mengandalkan tekstual, sebab kadang ada ayat Allah yang seakan-akan bertentangan satu sama yang lain. Walaupun pada dasarnya tidak bertentangan setelah memahami dengan benar sesuai literatur-literatus yang dibahas oleh ulama, baik dengan cara memahami ayat-ayat yang bersifat mujmal, dan yan tafshili (detail).

Oleh karenya memahami ayat-ayat Allah tidak cukup hanya mengandalkan tekstual tetapi juga perlu memahami ayat Allah dalam segi kontekstual, merujuk kepada penafsiran ulama-ulama yang telah mapan dalam menggali hukum. Sebab tidak semua manusia diberi kelebihan oleh Allah dalam memahami ayat-ayatnya. 

Ditulis oleh Ainul Yaqin (14)
Kader HMI Tazkia Cabang Bogor
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar