Senin, 07 September 2015

HMI, Masa Gini???


Tulisan ini adalah sebuah renungan subjektif selama saya mengikuti kegiatan dan pergerakan di HMI berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang saya temukan di tengah kegiatan pengkaderan HMI, khususnya di Komisariat Tazkia Cabang Bogor. 

Awal saya mengikuti kegiatan HMI diajak oleh teman sekamar saya pada saat masih tahun pertama kuliah di asrama kampus. Saat itu, untuk pertama kalinya saya mendengar nama HMI. Setelah saya mendengar kisah teman satu kamar tersebut, saya jadi penasaran dan mulai mencari informasi tentang HMI di internet. Sebagai organisasi mahasiswa tertua dan terbesar yang ada di Indonesia, HMI sudah memiliki banyak peran dan kontribusi besar yang mempengaruhi perkembangan negara kita tercinta. 

Hal ini tidak terlepas dari sifat mahasiswa yang dinamis, kritis dan kreatif dalam merespon fenomena kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan fungsinya sebagai agen perubahan yang intelek, mahasiswa memang dituntut untuk memandu masyarakat awam agar mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan dengan pengalaman dan ilmu yang diterima selama menuntut ilmu di perkuliahan. Oleh karena itu, misi HMI adalah menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi yang bertanggungjawab atas terwujudnya masarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhaanahu wa Ta’alaa.


Satu hal yang saya rasa perlu digarisbawahi dan diperhatikan adalah kata-kata terkahir yang ada di misi HMI tersebut, yaitu yang diridhai ‘Allah Subhaanahu wa Ta’alaa’. Ridha Allah ini hanya dapat dicapai dengan melakukan apa-apa yang disukai Allah dan meninggalkan apa-apa yang dibenci Allah. Karena bagaimana Allah mau ridha, jika kita melakukan hal yang sebaliknya dengan meninggalkan perinytah-Nya dan malah menjalankan larangan-Nya. Oleh karena itu sangat tidak masuk akal jika kita ingin mewujudkan masyarakat yang diridhai Allah, jika kita sendiri masih sering melakukan berbagai perbuatan yang tidak disukai Allah. 


Pacaran, meninggalkan shalat, berbohong, adalah beberapa contoh perbuatan yang tidak disenangi oleh Allah. Namun hal ini masih sering dilakukan oleh teman-teman HMI. Katanya sih ini kan bagian dari lifestyle dan gaya anak muda zaman sekarang. Tapi jika life style dan gaya hidup ini tidak disukai Allah, apakah misi dari HMI dapat direalisasikan dengan aksi nyata? Dapatkah masyarakat adil makmur tercipta? Sungguh berat rasanya jika kita pikirkan. 


Tapi kita masih bisa merubah hal itu, jika kita benar-benar kembali merenungi makna keridhaan Allah dalam mewujudkan masyarakat adil makmur tadi. Yaitu dengan kembali pada ajaran Al-Qur’an dan sunnah yang telah diwariskan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai sebaik-baik pegangan hidup. Bnahkan Rasul juga menegaskan bahwasanya kita tidak akan tersesat dalam menjalani hidup di dunia ini selama kita berpegang teguh dengan mengamalkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.


Kita hilangkan frasa negatif yang bermunculan akibat tidak pahamnya kita dengan misi besar HMI. Kita masih punya keyakinan yang kuat dan terpatri dalam hati untuk mengimplemnasikan nilai insan cita dalam diri kita selam kita mau berusaha untuk sampai pada terciptanya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Mari bersama-sama ubah perspektif negatif HMI,... masa gini #*%!^!%@??? Menjadi HMI masa kini yang tatap dinamis, kritis dan kreatif dalam merespon setiap permasalahan yang ada. YAKIN USAHA SAMPAI!!!!     

Oleh Alauddin Naufal A
Kader HMI Cabang Bogor
Komisariat STEI Tazkia
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar