Tulisan
ini adalah sebuah renungan subjektif selama saya mengikuti kegiatan dan
pergerakan di HMI berdasarkan pengamatan dan pengalaman yang saya temukan di
tengah kegiatan pengkaderan HMI, khususnya di Komisariat Tazkia Cabang Bogor.
Awal saya mengikuti kegiatan HMI diajak oleh teman sekamar saya pada saat masih
tahun pertama kuliah di asrama kampus. Saat itu, untuk pertama kalinya saya
mendengar nama HMI. Setelah saya mendengar kisah teman satu kamar tersebut,
saya jadi penasaran dan mulai mencari informasi tentang HMI di internet.
Sebagai organisasi mahasiswa tertua dan terbesar yang ada di Indonesia, HMI
sudah memiliki banyak peran dan kontribusi besar yang mempengaruhi perkembangan
negara kita tercinta.
Hal
ini tidak terlepas dari sifat mahasiswa yang dinamis, kritis dan kreatif dalam
merespon fenomena kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan fungsinya sebagai agen
perubahan yang intelek, mahasiswa memang dituntut untuk memandu masyarakat awam
agar mampu mewujudkan kesejahteraan dan keadilan dengan pengalaman dan ilmu
yang diterima selama menuntut ilmu di perkuliahan. Oleh karena itu, misi HMI
adalah menjadi insan akademis, pencipta, pengabdi yang bertanggungjawab atas
terwujudnya masarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhaanahu wa Ta’alaa.
Satu
hal yang saya rasa perlu digarisbawahi dan diperhatikan adalah kata-kata
terkahir yang ada di misi HMI tersebut, yaitu yang diridhai ‘Allah Subhaanahu
wa Ta’alaa’. Ridha Allah ini hanya dapat dicapai dengan melakukan apa-apa yang
disukai Allah dan meninggalkan apa-apa yang dibenci Allah. Karena bagaimana
Allah mau ridha, jika kita melakukan hal yang sebaliknya dengan meninggalkan
perinytah-Nya dan malah menjalankan larangan-Nya. Oleh karena itu sangat tidak
masuk akal jika kita ingin mewujudkan masyarakat yang diridhai Allah, jika kita
sendiri masih sering melakukan berbagai perbuatan yang tidak disukai Allah.
Pacaran,
meninggalkan shalat, berbohong, adalah beberapa contoh perbuatan yang tidak
disenangi oleh Allah. Namun hal ini masih sering dilakukan oleh teman-teman
HMI. Katanya sih ini kan bagian dari lifestyle dan gaya anak muda zaman
sekarang. Tapi jika life style dan gaya hidup ini tidak disukai Allah, apakah
misi dari HMI dapat direalisasikan dengan aksi nyata? Dapatkah masyarakat adil
makmur tercipta? Sungguh berat rasanya jika kita pikirkan.
Tapi
kita masih bisa merubah hal itu, jika kita benar-benar kembali merenungi makna
keridhaan Allah dalam mewujudkan masyarakat adil makmur tadi. Yaitu dengan
kembali pada ajaran Al-Qur’an dan sunnah yang telah diwariskan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai sebaik-baik pegangan hidup. Bnahkan Rasul
juga menegaskan bahwasanya kita tidak akan tersesat dalam menjalani hidup di
dunia ini selama kita berpegang teguh dengan mengamalkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kita
hilangkan frasa negatif yang bermunculan akibat tidak pahamnya kita dengan misi
besar HMI. Kita masih punya keyakinan yang kuat dan terpatri dalam hati
untuk mengimplemnasikan nilai insan cita dalam diri kita selam kita mau berusaha
untuk sampai pada terciptanya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah
Subhanahu wa Ta’alaa. Mari bersama-sama ubah perspektif negatif HMI,... masa
gini #*%!^!%@??? Menjadi HMI masa kini yang tatap dinamis, kritis dan kreatif
dalam merespon setiap permasalahan yang ada. YAKIN USAHA SAMPAI!!!!
Oleh Alauddin Naufal A
Kader HMI Cabang Bogor
Komisariat STEI Tazkia