Sabtu, 05 September 2015

Idealisme Mahasiswa VS Idealisme Buruh


 Ada hal menarik dalam sebuah diskusi di salah satu group media social penulis beberapa hari yang lalu. Dalam diskusi itu membahas tentang demo besar-besaran yang dilakukakan oleh para buruh pada awal September silam. salah seorang anggota group mengatakan “ lihat puluhan ribu buruh turun kejalan merinding coy, coba mahasiswa yang turun dengan ribuan masa”. Membaca salah satu pernyataan angggota group ini sedikit membuat penulis berpikir “oh iya ya.. andai mahasiswa yang turun ke jalan sebanyak itu mungkin bisa membawa perubahan seperti pada zaman orde baru dulu”. Lalu pertanyaannya apa bedanya demo mahasiwa dan demonya buruh? 

Sebelum membahas pertanyaan diatas penulis ingin membahas tentang sabab musababnya demo yang terjadi pada awal September kemarin. Karena tak mungkin ada asap jika tak ada api yang membakar. Pada pemerintahan presiden baru kita ini yang berinisial JKW, Indonesia mengalami banyak permasalahan, entah permasalahan ini memang karena factor siklus ekonomi atau karena  human eror (mungkin pembaca bisa menilai sendiri).  Semua bisa kita lihat dengan jelas, baik di media Koran atau visual semuanya menggambarkan Indonesia sedang megalami banyak permasalahan. Baik itu di sisi politik, social dan ekonomi.

Aksi demonstrasi buruh se-Indonesia mungkin bukanlah  hal yang baru bagi rakyat Indonesia. Kita sudah sering melihat aksi demonstrasi-demonstrasi yang sering  terjadi di Indonesia. Baik itu demonstrasi oleh mahasiswa atau buruh. Pada dasarnya tidak ada yang menarik dalam kasus demonstrasi-demonstrasi yang dilakukan para buruh. Karena biasanya mereka berdemo untuk menuntut upah kenaikan gaji atau UMR setiap tahun pada umumnya. Tetapi demonstrasi kali ini menjadi topic hangat untuk dibicarakan. Karena  permasalahan yang terjadi bukan tentang upah minimum melainkan tentang keadaan ekonomi Indonesia dan kebijakan pemerintah  yang mengancam keberadaan buruh.

Menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal terdapat tiga factor yang enyebabkan adanya demonstrasi besar-besaran.

Pertama, aksi demo tesebut dilakukan karena 100 ribu buruh terancam terkena PHK. Beberapa jenis PHK yang dilakukan oleh perusahaan adalah karena pailit dari perusahaan  dan factor pengurangan karyawan.

Kedua, daya beli buruh yang merosot hingga 30 persen, hal ini berdampak di perekonomian Indonesia. Kemudian diperparah dengan  harga bahan pokok yang tidak turun-turun. Dalam hal ini diperlukan langkah-langkah konsolidasi dan regulasi untuk mengupayakan agar tidak ada ancaman PHK. Seperti menaikan daya beli buruh dengan menaikan gaji mereka.

Ketiga, mudahnya  tenaga kerja asing masuk ke Indonesia. Karena kebijakan tenaga kerja asing di Indonesia yang dipemudah, seperti kebijakan bagi orang asing tidak wajib berbicara bahasa Indonesia ( sumber: republika:4/9/15).

Bak anak kecil yang diberi janji manis akan diberikan permen oleh orang tuanya. Aksi buruh pun ditengahi dengan diskusi antara sejumlah perwakilan buruh dengan Luhut selaku menko. dalam pembicaraan dengan sejumlah perwakilan buruh, Luhut mengatakan jika pihaknya sudah sepakat bahwa pemerintah akan menampung aspirasi mereka terkait melemahnya iklim ekonomi Negara dan ancaman PHK massal yang menghantui. dan dia juga mengkaim bahwa Jokowi sebagai presiden  sangat peduli dengan tuntutan kaum buruh di tengah-tengah ketidak pastian ekonomi saat ini.

Meredam  sudah aksi demontrasi buruh dengan janji-janji manis pemerintah. Tanpa solusi yang kongkrit dan jelas, dengan mudah mereka berhasil menenangkan para ribuan buruh  dengan retorikanya. Walaupun pada akhir demonstrasi, para buruh berjanji akan menggalang masa lebih banyak lagi jika apa yang dijanjikan pemerintah tidak  dilakukan.

Idealisme buruh dan mahasiswa

Tak bisa penulis pungkiri, pergerakan para buruh dalam menuntut pemerintah seakan mengganti peran mahasiswa dalam mengkawal jalan roda pemerintahan. Walupun tuntutan para buruh ini  hanya untuk kepentingan mereka sendiri tetapi secara tidak langsung mereka mewakili rakyat Indonesia. Bagaimana tidak, mayoritas penduduk Indonesia berkerja sebagai buruh dan tuntutan mereka pun mewakili tuntutan mayoritas rakyat yaitu menuntut penurunan harga sembako atau kebutuhan hidup. Tetapi patut penulis acungi jempol untuk para buruh, idealisme mereka yang sebatas  kenaikan upah bisa sedikit membawa animo perubahan .

lalu bagaimana  dengan idealisme mahasiswa?

bukan bermaksud merendahkan atau menjelekkan derajat mahasiswa, karena penulis juga seorang mahasiswa hehe… . Mahasiswa adalah sosok, status, jabatan yang tertinggi dalam dunia pendidikan. bahasa nyelenehnya nih mahasiswa itu MAHA nya siswa. berarti mempunyai jabatan yang tinggi. Bagaimana tidak, semua bisa kita lihat melalui sejarah yang berlaku. menurut pengalaman empirik juga mempertegas bahwa kemahiran mahasiswa dalam menjalankan fungsi sebagai kumpulan para intelktual, mahasiswa berhasil menumbangkan rezim orde baru dan menghantarkan Indonesia kedalam suatu era yang saat ini yaitu orde reformasi.

Namun, itu hanya sebuah catatan sejarah yang sudah berlalu yang patut kita pegang sebagai acuan dalam pergerakan. kini kita sebagai mahasiswa hidup dimasa kini bukan hidup di masa lalu yang hanya bisa membangga-banggakan peran mahasiswa dulu. Pekerjaan Rumah kita masih banyak, terbukti sebagai mahasiswa kita masih belum bisa  mencongkel antek-antek orde baru bahkan antek-antek luar negri sekalipun dalam jajaran elit pemerintahan.

jika kita membuka kembali catatan sejarah peran mahasiswa, idealisme pergerakan mahasiwa adalah mengawal  roda pemerintahan Indoensia. secara umum mahasiswa mempunyai beberapa fungsi yang strategis yaitu:

a)      sebagai penyampai kebenaran (agent of social)
b)      sebagai agent perubahan (agent of change)
c)      sebagai generasi penerus masa depan ( Iron stock)

fungsi-fungsi inilah yang menjadikan mahasiswa sebagai ujung tombak penerus bangsa. bukan hanya sekedar penuntut ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri.

Dengan tidak memunafikan diri, peran mahasiswa yang disebutkan diatas tadi seakan-akan mulai terkikis oleh arus globalisasi. Mahasiswa sudah terlanjur tenggelam dalam zona kenyamanan . fasilitas yang terpenuhi,kebutuhan yang terpenuhi membutakan mata dan hati kita.  

Walaupun penulis menyadari tidak semuanya seperti ini. Karena masih banyak Mahasiwa-mahasiswa yang bergerak berjuang dengan tulus ikhlas untuk kemajuan bangsa bukan bergerak hanya untuk dilihat dan dikatakan sebagai mahasiswa aktifis. Harapannya, kita sebaai mahasiswa bisa benar-benar membenahi peesoalan bangsa dan negara. Karena tidak selamanya masa pemerintahan diduduki para elit-elit yang tak bertanggung jawab seperti sekarang. Melalui organisasi-oraganisasi pergerakan mahasiswa bisa belajar untuk menyusun Indonesia yang lebih baik. Wallahu ‘alam biishowab 

Ditulis oleh Taufik.Nugroho
Ketua Umum HMI Cabang Bogor
Komisariat Tazkia 2015-2016
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar