Ada hal menarik dalam sebuah diskusi di salah satu group media
social penulis beberapa hari yang lalu. Dalam
diskusi itu membahas tentang demo besar-besaran yang dilakukakan oleh para
buruh pada awal September silam. salah seorang anggota group mengatakan “ lihat
puluhan ribu buruh turun kejalan merinding coy, coba mahasiswa yang turun
dengan ribuan masa”. Membaca salah
satu pernyataan angggota group ini sedikit membuat penulis berpikir “oh iya
ya.. andai mahasiswa yang turun ke jalan sebanyak itu mungkin bisa membawa
perubahan seperti pada zaman orde baru dulu”. Lalu pertanyaannya apa bedanya demo mahasiwa dan demonya
buruh?
Sebelum membahas pertanyaan diatas penulis ingin
membahas tentang sabab musababnya demo yang terjadi pada awal September
kemarin. Karena tak mungkin ada asap jika tak ada api yang membakar. Pada pemerintahan presiden baru kita ini yang berinisial JKW,
Indonesia mengalami banyak permasalahan, entah permasalahan ini memang karena
factor siklus ekonomi atau karena human
eror (mungkin pembaca bisa menilai sendiri). Semua bisa kita lihat dengan jelas, baik di
media Koran atau visual semuanya menggambarkan Indonesia sedang megalami banyak
permasalahan. Baik itu di sisi politik, social dan ekonomi.
Aksi demonstrasi buruh se-Indonesia
mungkin bukanlah hal yang baru bagi
rakyat Indonesia. Kita sudah
sering melihat aksi demonstrasi-demonstrasi yang sering terjadi di
Indonesia. Baik itu demonstrasi oleh mahasiswa atau buruh. Pada
dasarnya tidak ada yang menarik dalam kasus demonstrasi-demonstrasi yang
dilakukan para buruh. Karena biasanya
mereka berdemo untuk menuntut upah kenaikan gaji atau UMR setiap tahun pada
umumnya. Tetapi demonstrasi kali ini
menjadi topic hangat untuk dibicarakan. Karena permasalahan yang terjadi bukan tentang upah
minimum melainkan tentang keadaan ekonomi Indonesia dan kebijakan
pemerintah yang mengancam keberadaan
buruh.
Menurut Presiden Konfederasi Serikat Pekerja
Indonesia (KSPI), Said Iqbal terdapat tiga factor yang enyebabkan adanya
demonstrasi besar-besaran.
Pertama,
aksi demo tesebut dilakukan karena
100 ribu buruh terancam terkena PHK. Beberapa
jenis PHK yang dilakukan oleh perusahaan adalah karena pailit dari
perusahaan dan factor pengurangan
karyawan.
Kedua, daya
beli buruh yang merosot hingga 30 persen, hal ini berdampak di perekonomian
Indonesia. Kemudian diperparah dengan
harga bahan pokok yang tidak turun-turun. Dalam
hal ini diperlukan langkah-langkah konsolidasi dan regulasi untuk mengupayakan
agar tidak ada ancaman PHK. Seperti menaikan
daya beli buruh dengan menaikan gaji mereka.
Ketiga,
mudahnya tenaga kerja asing masuk ke
Indonesia. Karena kebijakan tenaga
kerja asing di Indonesia yang dipemudah, seperti kebijakan bagi orang asing
tidak wajib berbicara bahasa Indonesia ( sumber: republika:4/9/15).
Bak anak kecil yang diberi janji manis akan diberikan permen oleh orang tuanya. Aksi
buruh pun ditengahi dengan diskusi antara sejumlah perwakilan buruh dengan
Luhut selaku menko. dalam pembicaraan dengan sejumlah perwakilan buruh, Luhut
mengatakan jika pihaknya sudah sepakat bahwa pemerintah akan menampung aspirasi
mereka terkait melemahnya iklim ekonomi Negara dan ancaman PHK massal yang
menghantui. dan dia juga mengkaim bahwa Jokowi
sebagai presiden sangat peduli dengan
tuntutan kaum buruh di tengah-tengah ketidak pastian ekonomi saat ini.
Meredam sudah aksi
demontrasi buruh dengan janji-janji manis pemerintah. Tanpa
solusi yang kongkrit dan jelas, dengan mudah mereka berhasil menenangkan para
ribuan buruh dengan retorikanya. Walaupun
pada akhir demonstrasi, para buruh berjanji akan menggalang masa lebih banyak
lagi jika apa yang dijanjikan pemerintah tidak
dilakukan.
Idealisme buruh dan mahasiswa
Tak bisa penulis pungkiri, pergerakan para buruh dalam menuntut
pemerintah seakan mengganti peran mahasiswa dalam mengkawal jalan roda
pemerintahan. Walupun tuntutan para buruh ini
hanya untuk kepentingan mereka sendiri tetapi secara tidak langsung mereka
mewakili rakyat Indonesia. Bagaimana tidak,
mayoritas penduduk Indonesia berkerja sebagai buruh dan tuntutan mereka pun
mewakili tuntutan mayoritas rakyat yaitu menuntut penurunan harga sembako atau
kebutuhan hidup. Tetapi patut
penulis acungi jempol untuk para buruh, idealisme
mereka yang sebatas kenaikan upah bisa
sedikit membawa animo perubahan .
lalu bagaimana dengan idealisme mahasiswa?
bukan bermaksud merendahkan atau
menjelekkan derajat mahasiswa, karena penulis juga seorang mahasiswa hehe… .
Mahasiswa adalah sosok, status, jabatan yang tertinggi dalam dunia pendidikan.
bahasa nyelenehnya nih mahasiswa itu MAHA nya siswa. berarti mempunyai jabatan
yang tinggi. Bagaimana tidak, semua bisa kita lihat
melalui sejarah yang berlaku. menurut pengalaman empirik juga mempertegas bahwa
kemahiran mahasiswa dalam menjalankan fungsi sebagai kumpulan para intelktual,
mahasiswa berhasil menumbangkan rezim orde baru dan menghantarkan Indonesia
kedalam suatu era yang saat ini yaitu orde reformasi.
Namun, itu hanya sebuah catatan sejarah
yang sudah berlalu yang patut kita pegang sebagai acuan dalam pergerakan. kini
kita sebagai mahasiswa hidup dimasa kini bukan hidup di masa lalu yang hanya
bisa membangga-banggakan peran mahasiswa dulu. Pekerjaan Rumah kita masih
banyak, terbukti sebagai mahasiswa kita masih belum bisa mencongkel antek-antek orde baru bahkan
antek-antek luar negri sekalipun dalam jajaran elit pemerintahan.
jika kita membuka kembali catatan sejarah
peran mahasiswa, idealisme pergerakan mahasiwa adalah mengawal roda pemerintahan Indoensia. secara umum
mahasiswa mempunyai beberapa fungsi yang strategis yaitu:
a)
sebagai penyampai kebenaran (agent of social)
b)
sebagai agent perubahan (agent of change)
c) sebagai generasi penerus masa depan ( Iron stock)
fungsi-fungsi inilah yang menjadikan
mahasiswa sebagai ujung tombak penerus bangsa. bukan hanya sekedar penuntut
ilmu yang bermanfaat untuk dirinya sendiri.
Dengan tidak memunafikan diri, peran mahasiswa yang
disebutkan diatas tadi seakan-akan mulai terkikis oleh arus globalisasi.
Mahasiswa sudah terlanjur tenggelam dalam zona kenyamanan . fasilitas yang
terpenuhi,kebutuhan yang terpenuhi membutakan mata dan hati kita.
Walaupun penulis menyadari tidak semuanya seperti ini. Karena masih banyak Mahasiwa-mahasiswa yang bergerak
berjuang dengan tulus ikhlas untuk kemajuan bangsa bukan bergerak hanya untuk
dilihat dan dikatakan sebagai mahasiswa aktifis. Harapannya, kita sebaai
mahasiswa bisa benar-benar membenahi peesoalan bangsa dan negara. Karena tidak selamanya masa pemerintahan diduduki para
elit-elit yang tak bertanggung jawab seperti sekarang. Melalui
organisasi-oraganisasi pergerakan mahasiswa bisa belajar untuk menyusun Indonesia yang lebih
baik. Wallahu ‘alam biishowab
Ditulis oleh Taufik.Nugroho
Ketua Umum HMI Cabang Bogor
Komisariat Tazkia 2015-2016