Oleh: Moyan
Mahasiswa yg gaduh dengan persoalan bebal, hanya segelintir persoalan dengan perlahan dapat menimbulkan perpecahan.
Kontradiktif dalam paradigma bukan sebuah hal yg menjijikan. Seharusnya perlu disadari bombastis dalam sebuah perilaku tak selamanya dapat diterima. Bukan berarti saling menyalahkan ataupun menjatuhkan militansi mahasiswa.
Sekarang persoalan kecil tentang "rokok" menjadi tranding topik dimahasiswa. Tak sepantasnya jika dengan barang kecil yang tampak hina itu menjadi nukleus pecahnya organisasi. Tak sependapat dalam soal itu tak masalah. Namun jika pendapat itu dijadikan persoalan. Itu yang sebetulnya di permasalahkan.
Menghargai satu sama lain patut diterapkan. Bukan malah menyalahkan salah satu.
Memang kesalahan patut diakui. Mengakui pula tak patut dimarahi. Semakin emosional yang dikedepankan. Akan menjadi sulit pula merubah sikap yg memang benar2 apatis.
Merubah paradigma dan tingkah laku bukan soal yg mudah. Rubahlah dengan sikap yg saling mengerti. Bukan sindiran yang tak menyentuh hati, tapi malah menggores hati. Dan inilah pemicu reflek emosi pemberontakan
Satu hal yang perlu di evaluasi. Kahidupan anak2 yang tidak mengerti dengan dunia aktifis dan demonstrasi mereka pasti apatis. Nah dari hal ini, jadikan militansi mereka sebagai gairah yg menggugah hati. Dan harapannya dapat membuat mereka semangat bukan tertekan.
Kritik penyimpangan prilaku memang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Dari kritik itu perlu disadari bahwa memang kriktik tersebut dapat merubah. Nah sekarang jika kriktik itu menjadi sebuah momok dalam pemikiran.
Pembelajaran dalam mengkritik seseorang, mengertilah ruang dan waktu serta sasaran orang yg kita perbincangkan. Jangan sampai membuat sasaran kritik menjadi emosi bukan terinspirasi. Hasilnya semakin terpojokan diri mereka, dapat melemahkan sahwat militansi persaudaraan. Apresiasi patut diberikan untuk mereka yang meluangkan waktunya untuk turun bersuara. Walaupun tak sebanding keringat yg menetes. Namun itulah yg perlu diperlajari. Bahwa sifat dan prilaku manusia tak dapat dirubah dengan sifat batu dan sistem tekanan.
Sifat bawaan lahir mereka sudah melihat surga, berbeda dengan
kami yang masih harus menggali dan mencerna surga imajinasi.
Memang tak sepantasnya hal ini diperbincangkan. Namun jika dijadikan tradisi sistem domino. Maka akan berimpas pada adik didik kita juga akan merasakan masakan enak terpojokkan.
Hal ini kami permasalahkan hanya ingin menorehkan kebebelan dalam hati. Supaya tercipta toleransi antar sesama.
Satu kata teriakan untuk hal ini. " jancoookkkk"