Ketika seseorang berdiri maka dia membutuhkan alas yang kuat untuk menopang berat badanya. Berdiri diatas lumpur akan menghasilkan ketidak percayaan. Takut terhisap atau terjerembab, dikarenakan teksturnya yang lembut. Berbeda ketika kita berdiri di atas tanah yang kokoh, rasa takut tak kan menghampiri kita. Satu hal yang bisa kita lihat disini, yakni pentinganya’ alas’. Sebuah entitas yang menjadikan kita berdiri dan berjalan dengan seimbang.
Alas merupakan akar kata dari alasan. Sebuah istilah yang sering kita ucapkan ketika mewakilkan pentingnya tindakan ataupun pemikiran yang dilontarkan ke publik. Jika alas memperkuat keyakinan kita dalam berdiri, maka sama halnya dengan alasan. Ia menjadi hal penting untuk menopang pendirian kita, baik dalam berkata maupun bertindak. Acapkali kita mendengar kalimat, “apa alasan anda berbuat demikian?”, atau “apa yang menjadi alasan anda untuk berkata demikian”. Wajar jika alasan juga dibahasakan sebagai pijakan berpikir dari perkataan dan perbuatan.
Baik atau buruk perbuatan seseorang, ketika mempunyai alasan yang kuat, maka dia akan-dengan tekun menekuri aktivitasnya. Pencuri yang mempunyai alasan dalam melakukan kegiatannya, sama profesional dengan Dosen yang punya asalan dari aktivitas mengajarnya. Jadi, tak cukup hanya mempunyai alasan, kita juga membutuhkan aktivitas positive sebagai saluran dari alasan. Karena perbuatan buruk yang diperkuat dengan alasan, bisa jadi berbentuk pembenaran.
Terpenting, kita harus mempunyai alasan dari setiap tindakan dan perkataan yang kita punya.Mungkin sering kita merasa tak tentu arah, lemah motivasi, nyali yang cenat-cenut dan sejenisnya, itu semua karena alasan kita belum kokoh untuk dijadikan pijakan berpikir.
Para penjual koran cenderung enjoy berhenti di perempatan lampu merah sembari menjual koran dalam waktu yang lama. Namun tidak dengan orang yang kerja di kantoran. Mengapa demikian? Karena seorang penjual koran mempunyai alasan kuat kenapa dia mau berdiri di lampu merah, yakni menawarkan koran, tapi tidak dengan orang kantoran. Ia akan menghindari aktifitas di ruang terbuka, ia tak tahan melakukannya.
Lihat, betapa alasan mempunyai peran yang kuat untuk membangkitkan ghiroh seseorang. Alasan yang membedakan seseorang merdeka atau tidak. Mereka yang beraktivitas hanya karena ingin terlihat sibuk, berbeda hasilnya dengan mereka yang sedikit bertindak tapi mempunyai alasan yang jelas. Manusia yang beraktivitas tanpa alasan, cenderung mengkerdilkan diri seperti kacung, karena sejatinya ia sedang diperbudak oleh waktu. Alasan merupakan manifestasi dari kemerdekaan, bebas bertindak dan berkata dengan rujukan akal pikir sendiri namun bersedia menanggung akibat sebagai resikonya.
Perihal alasan mutlak di utamankan, karena alasan yang baik, benar dan kuat-akan menghasilkan tindakan dengan gaung yang kuat pula, bernilai pahala secara vertikal dan mempunyai muatan sosial yang horizontal. Mulai mengembara mencari alasan dari setiap perbuatan. Alasan kenapa kita makan, alasan kenapa kita tidur, kenapa kita harus membaca, kenapa kita musti bersekolah, serta alasan lainnya. Sehingga tak ada pilihan bagi kita, kecuali terus memperkaya referensi dari teks maupun konteks, agar bisa digunakan dalam memformulasikan alasan terbaik. Bukan alasan kerdil yang pragmatis ataupun alasan tinggi melangit, tapi alasan yang memang benar-benar alasan yang bermuara pada manfaat dan keberkahan.
Oleh Joni Iskandar
Kader HMI Cabang Bogor
Komisariat Tazkia