Menurut
catatan dinasti Tang Islam telah masuk ke
Indonesia sejak tahun 674 M.
Namun waktu itu Islam belum dianut oleh para penduduk pribumi. Hanya
sudah ada para pedagang Muslim yang telah berhubungan dengan masyarakat
pribumi. Pada abad 10 M suku Lor (Persia) ditandai bahwa Islam telah datang dan masuk ke Jawa Timur. Bukti kongkritnya
bahwa di Gresik Jawa Timur telah ditemukan makam (kuburan) Islam tertua atas
atas Nama Fatimah binti Maimunah dengan ukiran tulisan bertahun 475 H/1082 M. Menurut
catatan sejarah, pada saat itu, belum ada catatan yang tertulis bahwa Islam
telah dipeluk oleh penduduk pribumi. Pendapat ini diperkuat catatan Markopolo
yang singgah di Perlak, Aceh (Selat Malaka) pada tahun 1292 M. Menurut Markopolo
bahwa saat itu sepanjang pesisir pantai Selat Malaka penduduknya terdiri dari tiga
golongan: Muslim Cina, Arab-Persia, dan Penduduk Pribumi (yang belum memeluk Islam).
Ketika abad ke 14, tahun 1405 M,
keluarga Campa yang berasal dari Vietnam yang bernama Ibrahim Samarkandi
beserta dua putranya yang bernama Ali Murtadho dan Ali Rahmatullah beserta
sepupunya yang bernama Abu Hurairah menginjakkan kakinya ke Indonesia dalam rangka menyebarkan luas
ajaran Islam, penyebaran Islam lebih masif dan terstruktur. Dalam
menyebar-luaskan dakwah ilahi ini, Ali murtadha memfokuskan diri berdakwah pada
masyarakat Gresik. Di
sana pula dia menjadi seorang Hakim.
Sedangkan Ali Rahmatullah atau yang dikenal dengan Raden Rahmatullah (Sunan
Ampel) berkonsentrasi menyebarkan ajaran Islam dengan berdakwah di daerah
Surabaya sekaligus menjadi Imam di sana. Sunan Ampel atau Raden Rahmatullah di
surabaya mendirikan pesantren yang bernama Ampel
Delta. Raden Rahmat di pesantrennya mengkader pejuang-pejuang
Islam (santri) dengan disiplin ilmu matang yang siap membantu gurunya guna menyebarkan
Islam ke berbagai penjuru wilayah. Dari
didikan beliaulah santri-santrinya mampu menyebarkan Islam ke tanah jawa.
Diantara santrinya adalah Sunan Drajat, Sunan Muria keduanya adalah putra
kandungnya sendri dan ulama-ulama lainnya.
Penyebaran
Islam yang dilakukan oleh Walisongo terbilang sukses, karena dalam waktu yang singkat, Islam telah banyak
dianut oleh para penduduk pribumi. Hal ini sesuai catatan dari raja portugal
yang bernama Tema Pires pada tahun 1515, mencatat bahwa sepanjang pantai utara,
adipati-adipati kerajaan telah memeluk agama Islam. Ini membuktikan bahwa
dakwah yang dilakukan oleh walisongo cukup berhasil secara signifikan, sebab hanya
beberapa puluhan tahun saja Islam telah dipeluk oleh pejabat-pejabat kerajaan kala
itu. Hal ini kemungkinan besar, karena pola dakwah penyebaran ajaran Islam yang
rahmatan lil alamiin yang dilakukan oleh para Walisongo tersebut
beradaptasi dengan lingkungan setempat, adanya penyesuaian diri dengan adat-istiadat
serta kebudayaan masyarakat setempat sehingga masyarakat menerima Islam dengan
baik.
Dakwah
yang dilakukan oleh wali songo (wali sembilan) dengan memasukkan nilai-nilai
yang ada dalam Islam secara perlahan, bertahap serta tidak langsung
memaksakan masyarakat untuk menganut
Islam secara paksaan dan tidak merubah semua
kebudayaan lokal yang
ada dimasyarakat. Sebagai contoh, Sunan Kalijaga yang berdakwah melalui seni
perwayangan. Seperti yang sudah dimaklumi kala itu wayang telah menjadi salah
satu kebudayaan masyarakat. Sunan
Kalijaga tidak menjadikan wayang sebagai musuh yang harus
dibasmi dan dimusnahkan secara total sampai keakarnya, meliankan wayang
dijadikan sebagai sarana dakwah untuk mengenalkan Islam kepada masyarakat sekitar. Kearifan
dan sikaf bijak Sunan Kalijaga dalam mendakwahkan Islam di tanah Jawa dengan
menjadikan wayang sebagai sarana dakwah. Akhirnya wayang hanya dirubah
bentuknya dari bentuk aslinya agar tidak mirip dengan manusia.
Sunan Kalijaga atau Raden Syahid dalam menyebarkan ajaran Islam
yang rahmatan lil ‘alamiin dibantu oleh Syeikh Siti Jenar. Syeikh Siti Jenar
ikut aktif berperan dengan gencar membantu hak-hak
rakyat yang diambil oleh Kerajaan
Majapahit kala itu. Melihat kondisi
Kerajaan yang berbuat semena-mena dengan cara merampas hak rakyat dan menguasai
seluruh kepemilikan tanah, Syeikh Siti Jenar memperjuangkan agar semua hak
rakyat termasuk hak kepemilikan tanah harus diberikan kepada rakyat.
Tanya
Jawab saat kajian sotoi (Solusi Terbaik Orang Islam) yang diadakan oleh HMI Komisariat Tazkia setiap malam selasa ?
1. Apakah hak kerajaan (seperti keraton
jogja) menguasai tanah rakyat masih berlaku sampai saat ini?
Saat
ini memang masih ada beberapa fakta bahwa di jogja keraton masih memiliki hak
penuh terhadap tanah-tanah rakyat, namun itu tidak seluruhnya, hanya sebagian
saja.
2. Bagaimana corak Islam Nusantara di Indonesia
ini?
Ada
yang mengatakan bahwa corak Islam nusntara lebih dekat kepada corak kejawaan.
Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya adat-budaya IslamIndonesia yang
mirip/sama dengan adat-kebudayaan jawa. Namun ini tidak bisa menjdai patokan
mutlak bagaimana corak keIslaman secara umum di Indonesia, karena memang
masing-masing daerah memiliki corak keisalaman yang berbeda, walaupun dapat
dikatakan bahwa perbedaan tersebut bukan perbedaan mendasar dalam Islam.
3. Kenapa Islamhingga abad ke -14 belum
bisa tersebar di Nusantara? Padahal Islam telah ada 7 abad lamanya bila melihat
catatan sejarah bahwa Islam telah masuk k Nusantara dari abad ke 7 M.?
Hal
tersebut bisa saja terjadi karena pada abad-abad awal masuknya Islam di
Indonesia pengaruh dari agama lain masih kuat. saat itu penyebaran agama hindu
dan budha masih kuat, ditambah lagi dengan agama yang dianut oleh kerajaan-kerajaan
yang ada adalah hindu atau budha. Para penyebar agama hindu dan budha dari
negara lain masih banyak yang sering berkunjung
menyebarkan agama mereka. barulah setelah beberapa abad islam telah
masuk di indonesia, dengan adanya walisongo, islam tersebar dengan luas di
nusantara.
4. Mana yang benar terkait teori kapan Islam
masuk ke nusantara, karena para sejarawan berbeda pendapat mengenai itu?
Bila
disimpulkan pendapat para sejarawan terkait kapan islam masuk ke nusantara,
maka pendapat-pendapat tersebut terbagi kepada tiga teori.
a. Islam masuk ke nusantara melalui para
pedagang yang berasal dari Gujarat pada abad ke-7/8 M.
b. Islam masuk ke Nusantara melalui
orang-orang persia pada abad ke-12 M. Ini didasarkan pada kemiripan budaya di
Nusantara dan Persia.
c. Islam tersebar melalui orang-orang arab
yang melakukan perjalanan dakwa ke Nusantar pada masa Khalifah Rasyidin (masa
awal munculnya Islam atau abad ke-1 H).
Bila
dilihat bahwa terdapat perbedaan-perbedaan dari pendapat-pendapat di atas.
Namun pendapat-pendapat ini bisa ditengahi dengan pemahaman, bahwa bisa jadi
Islam sejak abad awal Islam telah ada di Indonesia, namun masih dianut hanya
oleh para pedagang atau para da’i dari gujarat atau arab tersebut dan belum
diterima oleh penduduk pribumi. Dan baru pada abad ke-12 M lah Islam mulai
diterima oleh banyak pribumi. Jadi ketiga teori terebut benar adanya, namun
berbeda maksud. Ada yang memaknai masuknya Islam di Nusantar sebagai Islam
telah ada di Indonesia walaupun hanya dianut oleh para pedagang arab bukan
pribumi. Dan ada yang memaknai masuknya Islam di nusantara dengan diterima dan
dianutnya isla oleh penduduk pribumi.
5. Apa sebenarnya makna Walisongo dan Sunan?
Walisongo
secara bahasa berarti Sembilan Wali. Istilah ini digunakan untuk menyebut para
dai yang berasal dari jawa, yang menyebarkan Islam ke Nusantara. Walisongo yang
bernggotakan sembilan orang ini diantaranya adalah Sunan Ampel, Sunan Kalijaga,
Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Gunung Jati, Sunan Kudus, Raden
Fatah dan Syeikh Siti Jenar.
Sunan
berarti Susuhunan atau berarti yang dihormati.
Oleh: Anwar Musaddad
Kabid PA (Pembinaan Anggota) HMI Komisariat Tazkia Cabang Bogor.
Kabid PA (Pembinaan Anggota) HMI Komisariat Tazkia Cabang Bogor.