Agama islam merupakan agama yang dianut oleh mayoritas warga indonesia, sekitar 80% dari total seluruh penduduk
indonesia beragama islam. Padahal bila kita melihat sejarah masuknya islam di
indonesia. Itu sangat tidak mudah, ada jeda waktu 800 tahun sejak islam masuk
ke nusantara islam tidak bisa berkembang di nusantara ini.
Sejarah
masuknya islam di Nusantara ini sebagaimana disebutkan oleh catatan dari Dinasti
Tang Cina, bahwa saudagar-saudagar arab sudah datang ke kerajaan kalingga di
jawa pada tahun 674 M atau tepatnya pada awal peralihan kekhalifaan Ali bin Abu
Thalib ke bani Umayyah Radiyallahanhum.
Akan tetapi agama islam disebutkan
tidak bisa berkembang.
Pada abad ke 10 M ada rombongan dari suku Lor dari Persia datang ke jawa, mereka tinggal di suatu tempat yang disebut Loram suatu tempat yang berada di daerah Ngudung atau sekarang Kudus kemudian mereka menyebar ketempat-tempat yang lain membangun sebuah komunitas, bahkan sampai ke wilayah Gersik mereka bertempat di Leran (sekarang menjadi nama Dusun di Desa Pasucian, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gersik). Ini dibuktikan dengan ditemukan bukti-bukti arkeologi seperti: Makam Fatimah binti Maimun bin Hibatallah yang terletak didusun leran, desa pesucian, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gersik yang inskripsinya menunjuk kronogram 475 H/1082 M. Yang dianggap sebagai satu-satunya peninggalan Islam tertua di Nusantara.
Pada batu nisan di makam tersebut tertulis “Bismillahirrahmanirrahim, kullu man alaihi fanin wa yabqa wajhu rabbika dzul jala li wal ikram. Hadza qabru syahidah Fatimah binti Maimun bin Hibatallah, tuwuffiyat fi yaumi al-jum’at.....min Rajab wa fi sanati khamsatin wa tis’ina (sebagian orang membaca “wa sab’ina” ) wa arba’ati mi’atin ila rahmatillah ....shadaqallah al-azhim wa rasulihi al-karim”. Menurut Prof. H.M. Yamin terjemahannya sebagai berikut “Dengan nama Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Tiap-tiap makhluk yang hidup diatas bumi ini adalah bersifat fana. Tetapi wajah Tuhanmu yang bersemarak dan gemilang tetap kekal adanya, inilah kuburan wanita yang menjadi korban syahid, bernama Fatimah binti Maimun putra Hibatallah, yang berpulang pada hari jumat ketika tujuh sudah berlewat dalam bulan Rajab dan pula pada tahun 495 (sebagian orang membaca 475), [yang menjadi kemurahan Tuhan Allah yang Mahatinggi], beserta Rasul-Nya yang mulia.”
Berdasarkan hasil galian arkeologis di dusun Leran disekitar komplek makan Fatimah binti Maimun yang berupa mangkuk-mangkuk keramik berasal dari abad ke-10 dan ke-11 Masehi. Dapat diketahui bahwa disekitar tempat tersebut pernah tinggal kumunitas pedagang yang memiliki jaringan dengan Cina di utara dan India di selatan serta timur tengah.
Salah satu catatan jawa mengatakan bahwa sultan al-Gabah dari negara Rum, salah satu wilyah persia keutara, mengirim 20 ribu keluarga yang semuanya muslim ketanah jawa. dan diceritakan semuanya mati terbunuh, tinggal 200 keluarga. Berita matinya rombongan orang persia ini sampai kepada sultan. Lalu dia mengutus ulama yang dianggap mempunyai karomah agar supaya mendoakan tanah jawa supaya bisa di huni oleh orang islam. Salah satu ulama itu adalah syaikh subakir yang di kenal sebagai orang yang numbali tanah jowo. Dikisahkan syaikh subakir ini keliling di sejumlah tempat dipantai utara jawa untuk menanam tanah disejumlah tempat yang dianggap angker. Setelah selesai beliau kembali ke negara persia.
Setelah itu tidak diketahui apalah islam berkembang atau tidak pasca kedatangan para ulama persia itu, namun catatan marcopolo pada tahun 1292 M sewaktu kembali keitalia yang habis berlayar dari cina. Dia sempat singgah dinegri perlak di selat malaka (sekarang masuk wilayah aceh). Marcopolo mencatatat bahwa penduduk perklak ada tiga golongan, pertama kaum muslim cina, kedua kaum muslim Persia-Arab dan ketiga penduduk pribumi yang masih memuja roh-roh dan kanibal.
Seratus tahun pasca datangnya marcopolo ke nusantara datanglah laksemana cheng ho ketanah jawa (1405 M). Cheng ho mencatat ketika singgah di tuban, gersik dan surabaya masing-masing ada 1000 keluarga cina yang beragama islam. Dalam kunjungan cheng ho yang ketujuh (yang terakhir) pada tahun 1433 Masehi dia datang lagi ketanah jawa dengan juru tulis bernama Ma Huan. Ma Huan mencatat bahwa pantai-pantai disepanjang pantai utara terdapat tiga golongan penduduk. Penduduk Tionghoa dan Persia-Arab yang semuanya muslim, dan warga pribumi yang masih kafir, memuja roh-roh dan hidup sangat kotor.
Pada awal dasawarsa 1440-an tepat 7 tahun setelah kedatangan laksemana Cheng Ho yang ke-7 ke Jawa, datanglah kakak-beradik asal Champa , bernama Ali Murtadho dan Ali Rahmatullah bersama sepupu mereka yang bernama Abu Hurairah ke Jawa. mereka datang menemui bibinya, Darawati isteri dari Sri Prabu Kertawijaya Raja Majapahit (1447-1451), kemudian Ali Rohmatullah diangkat menjadi imam di Surabaya dan kakaknya di angkat menjadi Raja Panditha di Gersik. Dari keluarga asal Champa inilah penyebaran berkembang di wilayah Majapahit yang waktu itu berkuasa. Terutama setelah Putra-putra, menantu-menantu, kerabat dan murid-murid dua tokoh kakak beradik itu berdakwah secara sistematis melalui jaringan dakwah yang disebut “Wali Songo” yang menurut perkiraan dibentuk pada pertengahan dasawarsa 1470-an.
Disebutkan seorang ahli obat-obatan bernama Tomo Pires asal Portugal yang menjadi duta Raja Portugal di Cina, yang mengunjungi Jawa pada tahun 1515 M dalam buku Suma Oriental yang ditulis di Malaka, mencatat bahwa wilayah di sepanjang pantai utara Jawa dipimpin oleh adipati-adipati muslim . Ini menunjukkan bahwa islam sudah berkembang pesat, karena kepala pemerintahannya orang-orang islam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa islam berkembang pesat di nusantara pasca wali songo. Yang mana anggota wali songo ini ; sunan ampel (surabaya), sunan giri (gersik), sunan Drajat (lamongan), sunan bonang (tuban), sunan kudus (Kudus), sunan Kalijaga (Demak), sunan Muria (Gunung Muria), Sunan Gunung Jati (cirebon), Syaikh Siti Jenar (Cirebon) dan satu lagi Raden Patah (Demak) yang menjadi raja islam pertama di tanah jawa yang masih keturunan raja Majapahit Prabu Brawijaya (kertajaya)yang menjadi raja majapahit terakhir.
Untuk biografi para Wali songo dan gerakan apa saja yang mereka lakukan dalam penyebaran islam di nusantara sehingga bisa di anut oleh penduduk pribumi dalam waktu sekitar 50 tahun mayoritas sudah beragama islam, mungkin akan di posting di tulisan selanjutnya.
Oleh : Muhammad Shofi
(Kabid PTKP Komisariat Tazkia)
Pada abad ke 10 M ada rombongan dari suku Lor dari Persia datang ke jawa, mereka tinggal di suatu tempat yang disebut Loram suatu tempat yang berada di daerah Ngudung atau sekarang Kudus kemudian mereka menyebar ketempat-tempat yang lain membangun sebuah komunitas, bahkan sampai ke wilayah Gersik mereka bertempat di Leran (sekarang menjadi nama Dusun di Desa Pasucian, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gersik). Ini dibuktikan dengan ditemukan bukti-bukti arkeologi seperti: Makam Fatimah binti Maimun bin Hibatallah yang terletak didusun leran, desa pesucian, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gersik yang inskripsinya menunjuk kronogram 475 H/1082 M. Yang dianggap sebagai satu-satunya peninggalan Islam tertua di Nusantara.
Pada batu nisan di makam tersebut tertulis “Bismillahirrahmanirrahim, kullu man alaihi fanin wa yabqa wajhu rabbika dzul jala li wal ikram. Hadza qabru syahidah Fatimah binti Maimun bin Hibatallah, tuwuffiyat fi yaumi al-jum’at.....min Rajab wa fi sanati khamsatin wa tis’ina (sebagian orang membaca “wa sab’ina” ) wa arba’ati mi’atin ila rahmatillah ....shadaqallah al-azhim wa rasulihi al-karim”. Menurut Prof. H.M. Yamin terjemahannya sebagai berikut “Dengan nama Tuhan yang Maha Penyayang dan Maha Pemurah. Tiap-tiap makhluk yang hidup diatas bumi ini adalah bersifat fana. Tetapi wajah Tuhanmu yang bersemarak dan gemilang tetap kekal adanya, inilah kuburan wanita yang menjadi korban syahid, bernama Fatimah binti Maimun putra Hibatallah, yang berpulang pada hari jumat ketika tujuh sudah berlewat dalam bulan Rajab dan pula pada tahun 495 (sebagian orang membaca 475), [yang menjadi kemurahan Tuhan Allah yang Mahatinggi], beserta Rasul-Nya yang mulia.”
Berdasarkan hasil galian arkeologis di dusun Leran disekitar komplek makan Fatimah binti Maimun yang berupa mangkuk-mangkuk keramik berasal dari abad ke-10 dan ke-11 Masehi. Dapat diketahui bahwa disekitar tempat tersebut pernah tinggal kumunitas pedagang yang memiliki jaringan dengan Cina di utara dan India di selatan serta timur tengah.
Salah satu catatan jawa mengatakan bahwa sultan al-Gabah dari negara Rum, salah satu wilyah persia keutara, mengirim 20 ribu keluarga yang semuanya muslim ketanah jawa. dan diceritakan semuanya mati terbunuh, tinggal 200 keluarga. Berita matinya rombongan orang persia ini sampai kepada sultan. Lalu dia mengutus ulama yang dianggap mempunyai karomah agar supaya mendoakan tanah jawa supaya bisa di huni oleh orang islam. Salah satu ulama itu adalah syaikh subakir yang di kenal sebagai orang yang numbali tanah jowo. Dikisahkan syaikh subakir ini keliling di sejumlah tempat dipantai utara jawa untuk menanam tanah disejumlah tempat yang dianggap angker. Setelah selesai beliau kembali ke negara persia.
Setelah itu tidak diketahui apalah islam berkembang atau tidak pasca kedatangan para ulama persia itu, namun catatan marcopolo pada tahun 1292 M sewaktu kembali keitalia yang habis berlayar dari cina. Dia sempat singgah dinegri perlak di selat malaka (sekarang masuk wilayah aceh). Marcopolo mencatatat bahwa penduduk perklak ada tiga golongan, pertama kaum muslim cina, kedua kaum muslim Persia-Arab dan ketiga penduduk pribumi yang masih memuja roh-roh dan kanibal.
Seratus tahun pasca datangnya marcopolo ke nusantara datanglah laksemana cheng ho ketanah jawa (1405 M). Cheng ho mencatat ketika singgah di tuban, gersik dan surabaya masing-masing ada 1000 keluarga cina yang beragama islam. Dalam kunjungan cheng ho yang ketujuh (yang terakhir) pada tahun 1433 Masehi dia datang lagi ketanah jawa dengan juru tulis bernama Ma Huan. Ma Huan mencatat bahwa pantai-pantai disepanjang pantai utara terdapat tiga golongan penduduk. Penduduk Tionghoa dan Persia-Arab yang semuanya muslim, dan warga pribumi yang masih kafir, memuja roh-roh dan hidup sangat kotor.
Pada awal dasawarsa 1440-an tepat 7 tahun setelah kedatangan laksemana Cheng Ho yang ke-7 ke Jawa, datanglah kakak-beradik asal Champa , bernama Ali Murtadho dan Ali Rahmatullah bersama sepupu mereka yang bernama Abu Hurairah ke Jawa. mereka datang menemui bibinya, Darawati isteri dari Sri Prabu Kertawijaya Raja Majapahit (1447-1451), kemudian Ali Rohmatullah diangkat menjadi imam di Surabaya dan kakaknya di angkat menjadi Raja Panditha di Gersik. Dari keluarga asal Champa inilah penyebaran berkembang di wilayah Majapahit yang waktu itu berkuasa. Terutama setelah Putra-putra, menantu-menantu, kerabat dan murid-murid dua tokoh kakak beradik itu berdakwah secara sistematis melalui jaringan dakwah yang disebut “Wali Songo” yang menurut perkiraan dibentuk pada pertengahan dasawarsa 1470-an.
Disebutkan seorang ahli obat-obatan bernama Tomo Pires asal Portugal yang menjadi duta Raja Portugal di Cina, yang mengunjungi Jawa pada tahun 1515 M dalam buku Suma Oriental yang ditulis di Malaka, mencatat bahwa wilayah di sepanjang pantai utara Jawa dipimpin oleh adipati-adipati muslim . Ini menunjukkan bahwa islam sudah berkembang pesat, karena kepala pemerintahannya orang-orang islam.
Jadi bisa disimpulkan bahwa islam berkembang pesat di nusantara pasca wali songo. Yang mana anggota wali songo ini ; sunan ampel (surabaya), sunan giri (gersik), sunan Drajat (lamongan), sunan bonang (tuban), sunan kudus (Kudus), sunan Kalijaga (Demak), sunan Muria (Gunung Muria), Sunan Gunung Jati (cirebon), Syaikh Siti Jenar (Cirebon) dan satu lagi Raden Patah (Demak) yang menjadi raja islam pertama di tanah jawa yang masih keturunan raja Majapahit Prabu Brawijaya (kertajaya)yang menjadi raja majapahit terakhir.
Untuk biografi para Wali songo dan gerakan apa saja yang mereka lakukan dalam penyebaran islam di nusantara sehingga bisa di anut oleh penduduk pribumi dalam waktu sekitar 50 tahun mayoritas sudah beragama islam, mungkin akan di posting di tulisan selanjutnya.
Oleh : Muhammad Shofi
(Kabid PTKP Komisariat Tazkia)