Jum’at tanggal 1 Mei 20014, komisariat Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB cabang Bogor mengadakan latihan
kader 1 (LK I). Seperti biasa
LK diadakan di Gedung Serba Guna Mahasiswa Islam. Memang disanalah pusat kegiatan
HMI cabang Bogor. Kurang lebih ada 16 peserta
yang mengikuti LK kali ini. Dan kau tahu apa yang beda pada LK kali ini?
Mayoritas pesertanya ialah kaum Hawa. Sungguh kabar yang gembira bahwa
kedepannya Komisariat FEM tidak akan mengalami krisis kader Kohati seperti
sebelum-sebelumnya, pun
seperti
yang terjadi saat ini, dimana yang mengisi Kepengurusan kohatinya cuma ada
satu orang yang aktif
(berdasarkan interaksi penulis dengan kawan-kawan FEM).
Jika melihat sejarah yang sudah-sudah, apa yang dilakukan
Komisariat Fem termasuk rangkaian LK yang mantab. Betapa tidak, yang mengisi orasi ilmiahnya ialah prof Didin Damanhuri. Sungguh seorang
sosok yang rendah hati, setingkat professor mampu menekan ego intelektulanya
untuk turun gunung memberikan wejangan pada adik-adik, emm...
lebih tepatnya cucu-cucunya. Bahkan sepengetahuan penulis,
beliau pernah di daulat jadi pembicara dalam sebuah forum internasional.
Cool, sendiko prof … Dan dari orasi yang ia sampaikan ada begitu banyak
informasi yang penulis terima dan itu
semua sangat memuaskan hasrat keingintahuan
serta kekurangan info update yang jarang
penulis dapatkan akhir akhir ini.
Baiklah kawan-kawan, tentu yang disampaikan
Prof Didin juga akan penulis sampaikan pada
kalian yang punya kesempatan membaca tulisan ini. Kalian tahu? Bahwa
ada salah satu tokoh
pendiri Tazkia kampus kita yang jarang sekali kita dengar namanya, terutama
dari angkatan 11 keatas. Ya beliau adalah Prof Didin Damanhuri. “saya juga
termasuk pendiri kampus Tazkia,” ujar beliau.
Menurut beliau kita sekarang jangan terlalu bangga dengan
pencapaian kita dalam bidang ekonomi islam. Dan jangan pernah beranggapan bahwa
system ekonomi islam itu telah ada di bumi Indonesia ini. Karena menurut beliau,
yang disebut ekonomi islam sekarang,
hanyalah sebatas instrument dari ekonomi islam
semata. Dimana hal itu hanya terejawantahkan pada sektor keuangan semata.
Padahal jika kita berbicara mengenai ekonomi islam, kita berbicara mengenai
seluruh prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan sumber daya yang ada, dengan aturan-aturan Allah. Dan perbankan hanyah salah satu dari sub bab ekonomi islam. Jadi
kita jangan terlalu hanyut dalam euphoria pencapaian perbankan islam yang konon
katanya,
assetnya sekarang telah mencapai 200 triliyun. Tapi tidakkah kita sadari bahwa
200 triliyun tersebut 80% nya merupakan uang yang dikumpul dari daerah daerah,
tapi apa faktanya, yang kembali ke daerah
hanya 10% saja. Artinya dalam skala mikro, oke kita menerapkan system keuangan
perbankan dengan mengunakan cara-cara islam namun dikala kita tengok dengan
pola zoom out, ternyata kelanjutan dari uang tersebut belum beda jauh dengan yang
ada di perbankan konvensional. Dimana perbankan hanya menitik beratkan
hanya pencapaian materialis semata dan pertumbuhan menjadi orientasi yang utama.
Namun ayal, harus abai terhadap ranah sosialnya.
Itulah sekilas cerita yang penulis dapatkan dari Prof Didin. Tapi jangan khawatir karena cerita
masih akan tetap berlanjut namun dengan isi yang berbeda. Ada beberapa hal yang
bisa menjadi pemantik bagi komisariat kita. Setidaknya
penulis menemukan pola komisariat yang budaya akademisnya bagus, yakni
FEM. kekompakan antar anggota dan pengurus komisariat terjalin dengan intimnya.
Hal ini penulis lihat ketika ada salah satu senior mereka yang wisuda, mereka
dengan kompaknya mengucapkan selamat secara bersamaan ke pada si senior
tersebut. Tidak hanya
itu, merekapun berangkat LK II bersama-sama.
Di sisi lain budaya akdemis mereka juga keren. Bisa dilihat dari
budaya menulis mereka. Setiap anggota biasanya menyumbangkan tulisan mereka
untuk di posting di web secara berkala. Ini nama blognya hmikomisariatfemipb.blogspot.com silahkan
dikunjungi. Salooot untuk
teman-teman FEM. Ada yang bilang bahwa budaya tersebut terbangun karena didukung
oleh kultur mereka sebagai komisariat ekonomi yang mau tidak mau harus
berurusan dengan hal-hal penting di Negara ini. Setidaknya jika itu memang
alasan yang melandasi terbentuknya budaya pada komisariat FEM, hal ini bisa
menjadi modal awal bagi kita komisariat Tazkia,
untuk melampau budaya baca, tulis dan diskusi lebih dari mereka. Karena kitapun
hidup dalam budaya yang penuh dengan pembahasan ekonomi. Yok kawan.. kita
lampaui mereka dan turut mewarnai budaya HMI Bogor dengan budaya produktif
kita. Ya Rabb… Engkau yang Maha Membantu mewujudkan cita-cita Hambamu.
Yassirna.. kami berharap, bisa mnejadi wakilmu yang amanah di muka bumi ini, dimulai dari ikut serta membantu
mengembangkan ilmu pengetahuan ekonomi islam di kampus kami. Mohon Restu dan
RidhoMu duhai Tuhan yang Mukholafatu lil hawadisi.