Selasa, 13 Oktober 2015

HIJRAH INTELEKTUALITAS-SPIRITUALITAS


Di Tahun Baru Islam 1437 H ini tersirat ragam makna tergantung dari sisi mana kita mau menilainya. Kalau dulu, Sang Pembawa Risalah Islamiyah, Nabi akhir zaman, Sayyidina Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasallam menyebarluaskan sinar kemilau nilai ajaran Islam dengan rintangan dan hambatan yang tak pernah reda, silih berganti. Nabi Muhammad dalam meluruskan dan meng-hijrahkan akidah jahiliyah yang telah lama bersarang di hati bangsa Arab menuju akidah yang bersinar bersih dengan keimanan yang sempurna kala itu tidak cukup hanya dengan berpangku tangan menengadahkan telapak tangannya memohon kepada Sang Khaliq tanpa adanya action nyata.

Dalam perjalanan dakwah beliau mengislamkan masyarakat Arab penuh liku dan luka yang selalu menyertainya. Namun, hal demikian bukanlah merupakan suatu alasan untuk tidak mengenalkan ajaran Islam kepada masyarakat dan umat. Betapa tidak, saat beliau menyebarluaskan nilai-nilai ajaran Islam yang penuh dengan kasih sayang, penuh dengan keramahan, dan rahmat Allah ancaman demi ancaman selalu datang silih berganti. Beliau pernah dilempari kotoran hewan kewajah suci beliau. Saat berdakwah di Negara Thoif yang didapati bukan serangkaian menu makanan, hidangan dan penghormatan, tetapi lemparan batu dari kanan kiri beliau yang pada akhirnya beliau menderita, tetapi beliau tidak putus asa. Sampai Malaikat pun tidak terima, Kekasih Allah dicelakai oleh umat manusia. Namun dengan kesabaran dan kebesaran hati lembutnya, Nabi berdo'a... Ya Rabbi Duhai Tuhanku, Berilah petunjuk hidayah pada kaumku karena mereka tidak mengerti.... 

Islam tersebar ke bumi ini berkah kegigihan dan perjuangan Nabi kita Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasallam. Sekarang, tugas memperkenalkan Islam ada dipangkuan kita. Sebagai penerus estafet perjuangan Nabi Muhammad, Sahabat, Tabiin, dan Ulama hendaknya di Tahun Baru Islam Hijriah kali ini, alangkah bijaknya kalau kita berhijrah menjadi insan kamil pilihan, insan yang mampu memberikan nilai-nilai keislaman kepada diri sendiri, masyarakat, bangsa dan Negara. 

Kita yang mengaku Mahasiswa Islam, rasanya malu jikalau kita tidak bisa mengambil pelajaran dari peristiwa hijrah yang dialami Sang Penyebar nilai ajaran Islam rahmatan lil 'alamiin. Seharusnya hijrah kita adalah hijrah intelektualitas dan spiritualitas. Intelektualitas tidak terpaku terhadap membaca, membaca dan membaca, namun hijrah intelektualitas cakupannya lebih besar dari hanya sekedar membaca. Intelektualitas bisa bermakna kepandaian dalam berkawan, bersosialisasi, merespons fenomena, baik fenomena aktualitas yang terjadi pada lingkungan maupun masyarakat, bangsa, negara, dunia dan Islam. 

Sementara hijrah spiritualitas bisa diartikan mempertajam keimanan, ruhani, dan aplikasi ibadah yang kita lakukan secara maksimal. Iman tidak sebatas dimulut dan di hati, namun iman terpancar dari gerakan hati dan arkanul jawarih (badan) secara seimbang. Orang yang imannya kuat dia tidak akan menaruh kecuriagaan-kecuriagaan semu kepada makhluk ciptaa-Nya. Di hatinya selalu berprasangka baik, menebar kasih sayang, menyayangi semuanya tanpa terkecuali bahkan sampai lalat pun dia cintai.

Menarik kisah yang dialami Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali, konon, saat beliau menulis karyanya ada lalat menghinggapi tintanya. Spontan beliau tidak meneruskan tulisannya, kwatir lalat yang sedang hinggap ditintanya kabur. Begitulah contoh kecil, bagaimana keimanan sejati, mencintai makhluk ciptaan-Nya. 

Kita yang mengaku Mahasiswa Islam harusnya peka dengan pergantian tahun baru Islam. Miris, kalau kita sebagai umat Islam tidak mampu merespons positif pergantian tahun baru. Anehnya lagi, umat Islam lebih suka memperdebatkan perayaan tahun baru Islam ketimpang memaknai esensitas nilai perjuangan tahun baru Islam yang menjadi peradaban sejarah baru Islam. 

Saatnya umat Islam tidak sibuk memperdebatkan perayaan tahun baru yang sejatinya bilamana diisi dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bertentangan dengan nilai ajaran Islam tidak bermasalah dalam syariah. Namun lebih dari itu, umat harus mampu menjadikan tahun baru Islam sebagai pelajaran positif bagaimana Islam bisa tersebar ke seantero dunia. 

SELAMAT TAHUN BARU ISLAM 1437 H.
SALAM YAKUSA.

Ditulis oleh Seorang Yang Mengharapkan Ampunan Allah.
Rohmatullah Adny Asymuni
Kader HMI Komsat Tazkia Cab Bogor.

Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar