Senin, 29 Desember 2014

FENOMENA: TIDAK MENGINDAHKAN ISYARAT LAMPU MERAH



 

Fenomena   Dipersimpangan lampu merah selalu menjadi hal yang menarik jika saya perhatikan. Beberapa anak kecil dengan pakaian lusuhnya meminta –minta melas kesetiap  pengendara yang berhenti ketika lampu  berwarna merah .
Wajarnya mereka  masih dalam dunia anak-anak, dunia bermain dan belajar bukan dunia bekerja yang harus menjatuhkan martabat mereka dengan meminta-minta. Tak jarang juga kita melihat  beberapa orang yang lebih dewasa yang menurut saya jika dilihat dari segi fisik dan umur masih sanggup dan mampu untuk berkerja. Tapi nyatanya mereka tak kalah saing dengan anak-anak kecil tadi. Dengan pakaian lusuhnya sambil menggendong anak kecil, mereka berkeliling sambil menadahkan tangan mereka di setiap kendaraan yang berhenti.  Dan tak lupa juga  kita melihat beberapa penjual asongan yang menjual beberapa minuman atau jajanan yang kunjung tak kita hiraukan  keberadaannya.  yah, inilah potret kehidupan yang sering disajikan dimata kita ketika kita berhenti dipersimpangan lampu merah.

Dibalik ini semua, ada fenemona yang menjanggal dari keadaan kedua nasib antara pengemis dan penjual asongan. Disatu sisi orang-orang lebih rela memberikan beberapa lembar ribuan untuk pengemis yang pada dasarnya mereka hanya meminta-minta tanpa ada usaha untuk berkerja daripada penjual asongan yang berjualan minuman atau makanan, yang telah berusaha untuk mencari nafkahnya dengan cara berjualan. Tapi di sisi lain, rasa kasihan terhadap pengemis lebih besar dari pada penjual asongan yang pada hakikatnya penjual asongan lebih mulia dari pada pengemis. Agama Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja daripada meminta-minta sesuai hadist Rasulullah SAW yang berbunyi: 

Barang siapa pada malam hari merasakan kelelahan karena bekerja pada siang hari, maka pada malam itu ia diampuni Allah” (Hadits Riwayat Ahmad & Ibnu Asakir )

Rasulullah saw pernah ditanya, Pekerjaan apakah yang paling baik? Beliau menjawab, Pekerjaan terbaik adalah usaha seseorang dengan tangannya sendiri dan semua perjualbelian yang dianggap baik,” (HR Ahmad dan Baihaqi).

Dalam hadist- hadist diatas kita bisa menarik benang merah, bahwasanya  bekerja merupakan pekerjaan yang sangat mulia menurut pandangan islam. Rasulullah mengajari pelajaran menarik dari hadist tesebut bahwasanya bekerja dalam islam bukan hanya untuk memenuhi isi perut saja tapi juga untuk memelihara harga diri dan martabat kemanusiaan yang seharusnya dijunjung tinggi. oleh karena itu islam sangat memberikan apresiasi kepada umatnya yang mencari nafkah dengan berkerja.

Kerja mempunyai ikatan dengan martabat, bagi manusia yang berkerja dengan sunguh-sunguh maka akan bertambah harkat martabatnya dan kemuliannya baik dari sisi pandangan manusia maupuh pandangan Allah. Sebaliknya,manusia yang tidak berkerja alias menganngur maka akan jatuh martabat dan kemuliannya.

Oleh karena itu hendaknya kita  juga merelakan beberapa lembar untuk  para pedagang asongan. Mencari alasan untuk membeli barang dagangan mereka sebagai bentuk wujud penghargaan mereka karena mau  berusaha untuk berkerja. Membeli tidak selamanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kadang membeli juga bisa digunakan sebagai bentuk pertolongan, bantuan terhadap orang lain. Sekalian mengajarkan mereka (pengemis) bahwasanya Allah SAW sudah mengatur rezeki  para hambanya jika hambanya mau berusaha degan cara bekerja.

Dan perlu digaris bawahi maksud dari bekerja disini adalah bekerja sesuai pandangan syariat, yaitu pekerjaan yang halal bukan pekerjaan yang dapat merugikan orang lain. Maka dari itu kita harus pintar-pintar dalam memilih pekerjaan, jangan sampai kita tejebak dengan besarnya upah yan kita dapatkan sedangkan pekerjaan tersebut pekerjaan halal. Tetapi hal yang kita utamakan adalah halal atau tidak. Karena yang kita cari adalah keberkahan dari hail bekerja tersebut. uwsiykumg wa iyyayaannn.

Ditulis Oleh Toufiq Nugroho
Wasekum Pembinaan Anggota Komisariat Tazkia
HMI Cabang Bogor
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar