Sudah hampir setahun lebih kita rutin dengan diskusi mingguan kita, yakni sotoy. Nama ini bermula dari diskusi ringan dua
kader HMI di sebuah bus dalam rangka Edutrip jurusan. Terjadi semacam
perputaran informasi yang dinamis namun masih berdasarkan asumsi pribadi, bila
tidak mau dikatakan sotoy. Tanpa pernah diduga sebelumnya, dalam sebuah diskusi ringan antar kader,
tercetuslah nama itu sebagai identitas kajian rutinan komisariat. Walaupun
terkesan main-main, nama itu tetap menjadi pilihan dikemudian hari.
Berlanjut pada diskusi lainnya, tiba-tiba tercetus untuk mencari kepanjangan dari sotoy. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kesan main-main dalam kajian tersebut. Disepakatilah bahwa sotoy dirubah menjadi sotoi, karena dirasa sulit mencari kepanjangan “y” pada kata “sotoy”. Adapun kepanjangan dari sotoi adalah solusi terbaik orang islam. Fiks, nama inilah yang dipakai untuk memberikan inisial diskusi komisariat.
Berlanjut pada diskusi lainnya, tiba-tiba tercetus untuk mencari kepanjangan dari sotoy. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan kesan main-main dalam kajian tersebut. Disepakatilah bahwa sotoy dirubah menjadi sotoi, karena dirasa sulit mencari kepanjangan “y” pada kata “sotoy”. Adapun kepanjangan dari sotoi adalah solusi terbaik orang islam. Fiks, nama inilah yang dipakai untuk memberikan inisial diskusi komisariat.
Namun akhir-akhir ini, penulis berpikir ulang
mengenai kepanjangan dari sotoi. Setelah melihat satu tahun perjalanan sotoi,
penulis merasa bahwa kepanjangan dari sotoi ini belum menyatu dengan tema
obrolan. Sangat paradoksial dengan keyataan. Karena dengan klaim nama sebagai
solusi terbaik orang islam, jauh sekali ketika bertabrakan dengan realita di
lapangan. Terkesan kaku dan tidak membumi. Apanya yang solusi terbaik? dan
bagian manapula yang disebut dengan solusi untuk orang islam? Toh dalam prakteknya
kita belum sampai pada solusi, apalagi sampai yang terbaik. Kita baru sampai
pada tahap memaknainya pada orborlan-orbrolan santai namun bernuansa ilmiah
(mantab..).
Kita masih berpijak pada maqom pertukaran informasi para kader,
belum sampai pada maksud sotoi yang sebenarnya. Atau bahkan memang tidak berjalan
menuju akronim yang dimaksud. Kesan yang muncul kemudian, akronim ini malah
terkesan arogan dan melangit dengan
diskusi mingguan kita.
Berangkat dari sekelumit asumsi diatas,
nampaknya kita memerlukan akronim baru yang lebih gurih dan membumi dengan tema
obrolan. Disini saya hanya menewarkan beberapa alternative bagi kawan-kawan.
Bagaimana jika diperbaharui dengan yang ini “Sotoi, solusi terbaik orang
intelek.” Bisa juga, Sebuah Obrolan berTOpik Ilmiah atau semacam obrolan tempat
orang intelek. Bagaimana?