Selasa, 02 Juni 2015

MISSION HMI dan REALITAS KADER

Mission berarti hal-hal yang dilakukan untuk sampai kepada tujuan. Mission berarti mengemban suatu tugas.

Sedangkan orang yang menjalankan tugas tersebut disebut missionaris. Missionaris dapat disamakan dengan juru dakwah. Juru dakwah membawa nilai-nilai yang ingin mereka sebarkan kepada yang lain. Missionaris secara tidak langsung memiliki tanggung jawab mengemban amanah untuk tercapainya tujuan yang diinginkanHMI (Himpunan Mahasiswa Islam) yang berdiri pada tahun 1947 bertujuan untuk menjaga kesatuan NKRI serta menjaga nilai-nilai Islam. Saat kongres HMI tahun 1955 yang digelar di Bandung terumuskanlah mission HMI sebagaimana tercantum pada pasal 4 dalam AD/RT HMI yaitu TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG DIRIDHOI ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA.

Sejak tahun berdirinya HMI hingga saat yang ini berusia sekitar 68 tahun. HMI yang kini sudah berusia sudah tidak muda lagi, diperlukan adanya berbagai penyegaran ditubuh HMI sehingga HMI masih seksi dan menjadi rebutan kader. Kiranya masih relevan apa yang telah disampaikan oleh Ahmad Wahib bahwa Kader HMI haruslah kreatif. Kreatif dalam arti aktif, bergerak menciptakan suatu yang baru. Kader HMI tidak boleh membatasi diri pada satu hal saja. oleh karenanya kader HMI harus dapat mengambil peran di mana saja, menjadi pencipta, pengabdi yang didukung kemampuan akademis. 
H Agus Salim dalam salah satu bukunya pernah menyebutkan ada 44 indikator kemunduran HMI. Boleh jadi, saat ini indikator-indikator tersebut bertambah. Realitas yang terjadi bahwa banyak kader HMI yang tidak mengerti kenapa dia ber-HMI, yang pada akhirnya vakum dan tidak menciptakan sesuatu untuk pengabdian di masyarakat. Oleh sebab itu, maka menjadi tugas bersama untuk menjadikan kader HMI sadar untuk apa dia ber-HMI dan tidak hanya sebatas kader tanpa isi. Diantara tugas kita bersama adalah melakukan reakademisasi, reciptaisasi dan reabdisasi yang bernafaskan islam demi terwujudnya masyarakat yang diridhoi Allah subhanahu wata'ala. Menciptakan kader yang sadar bukan bermakna harus menjadi kader penurut, melainkan menciptakan saluran untuk pengembangan diri kader dan periodistas.
Tanya Jawab :
1. Apa sebenarnya masalah yang terjadi terhadap kader HMI?
Kader HMI krisis profesionalitas, intelektualitas, perkaderan yang inkonsistensi dan kevakuman.
2. Kenapa bisa terjadi hal-hal di atas (krisis profesionalitas, intelektualitas, perkaderan yang inkonsistensi dan kevakuman). Beberapa alasan hal kevakuman ini terjadi anatra lain: (a). Para kader tidak mendalami dan memahami nilai dasar perjuangaan (NDP) HMI. Para kader setelah mengikuti LK dan berhasil menjadi anggota HMI merasa perjuangan dan tugas telah berakhir. Padahal tidak demikaian, bahkan seorang kader harus ada pendalamn terhadap nilai-nilai NDP dan menerapkannya dalam kehidupan. (b). Orientasi yang berubah. Tujuan kader menjadi anggota HMI tidak semata-mata untuk mengembangkan diri menjadi insan pencipta, pengabdi yang akademis, namun hanya untuk mengikuti trend atau hanya untuk gengsi-gengsian, membanggakan para senior HMI yang telah berhasil atau bahkan hanya agar mudah mendapatkan kekuasaan. (c). Tidak ada perangkualan dari internal HMI kepada para anggotanya (kader), sehingga anggota merasa bukan termasuk bagian dari anggota kader, serta tidak adanya pengayoman, sehingga anggota pun buta hendak kemana dalam berHMI. 
3. Apakah ada yang salah dengan sistem perkaderan HMI?
Bila berbicara mengenai sistem perkaderan maka sistem perkaderan HMI telah baik. Ini terbukti setelah puluhan tahun sistem perkaderan ini mampu menghasilkan banyak kader-kader yang  berkualitas.
4. Lalu kenapa saat ini tidak banyak (bila tidak disebut tidak ada) kader berkualitas yang muncul?. 
Bisa diibaratkan bahwa Organiasi teramasuk HMI seperti sebuah produk yang mempunyai life cycle. Ada masanya produk itu naik, ada masanya stagnan dan ada masanya turun. termasuk juga yang dialami oleh HMI. Saat ini bisa dikatakan HMI dalam kondisi yang stagnan (bila dikatakan tidak turun). Kalau bisa dikatakan bahwa sistem perkaderan yang baik yang dimiliki oleh HMI belum bisa sepenuhnya diterapkan oleh para kader HMI itu sendiri. Dalam kondisi HMI saat ini sangat beda dengan kondisi HMI dulu kala. 
5. Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kebuntuan di HMI?
Kembali lagi kepada tujuan HMI, yaitu bahwa HMI ini adalah wadah bagi terbinanya insan akademis, pencipta dan pengabdi. Perlu diketahui, HMI merupakan wadah bagi setiap kader yang berhimpun. Selebihnya kader sendiri yang harus bergerak aktif, mengasah intelektualitas dan spiritualitasnya, bergerak bukan digerakkan. Sebab bilamana seorang kader tidak bergerak maka akan terjadilah kevakuman dan kebuntuan di tubuh HMI. Tetapi jikalau seorang kader aktif, kreatif, mampu menjalani tantangan di masanya serta bisa beradptasi dengan perkembangan yang terjadi di masanya maka HMI akan kembali menghasilkan kader-kader berkualitas dan professional. Hal yang  mesti dilakukan adalah kesadaran terhadap pribadi seorang kader tentang apa tujuan dia ber-HMI. 

Ditulis oleh: Anwar Musaddad
Kabid PA HMI Cabang Bogor
Komisariat Tazkia 2015-2016.


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar