Minggu, 14 Juni 2015

PERAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN NEGARA

Wanita adalah racun dunia, karena dia dapat membutakan segalanya”. Begitulah perumpamaan bagi seorang wanita yang kerap terdengar digendang telinga kita. Kira-kira begitulah penilaian kaum Adam sekarang terhadap wanita. Perspektif para lelaki selalu berpikir bahwa kaum wanita yang membuat mereka hancur, padahal tanpa mereka sadari iman siapa yang mudah terusik.
Realitanya perumpamaan tersebut bisa jadi dibenarkan, karena ada beberapa wanita yang memang memiliki sifat yang kurang baik. Tetapi terkadang kata “beberapa” itu mereka abaikan, mereka langsung menyimpulkan bahwa semua wanita itu sama tanpa melihat realita sebenarnya bahwa tidak semuanya berkelakuan seperti itu. Wanita juga diibaratkan intan permata indah yang tiada tara harganya. Seperti dalam Islam disebutkan bahwa "Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". Dari kalimat ini sangat jelas sekali bahwa tidak semua wanita itu adalah racun, namun wanita merupakan pehiasaan terindah. Di dunia ini tidak akan sepi dari wanita-wanita yang sinar keshalihah-annya menyinari lubuk hatinya.          

Allah Subhanahu Wata'ala menciptakan wanita itu dengan kodrat kewanitaannya, penuh dengan sifat lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang agar mampu melaksanakan tugasnya sebagai putri, ibu, istri dan anggota masyarakat. Islam sangat mengistimewakan serta mengatur kehidupan wanita dengan sangat rapi untuk menciptakan keberlangsungan hidup masyarakat yang baik.            

Merujuk kepada realita kedudukan kaum hawa pada zaman sebelum datangnya Islam, mereka dipandang hina serta keberadaan nya tidak diharapkkan, bahkan tak sedikit jumlah kaum hawa yang dikubur hidup-hidup. Oleh sebab itu wanita zaman sekarang patut bersyukur dengan adanya Islam yang menghargai, menjunjung tinggi martabat wanita. Konon, dahulu jangankan untuk memberikan hal pendidikan, seorang ibu hamil yang akan melahirkan kandungannya saja, disediakan sebuah lubang bersalin baginya; apabila bayi yang lahir adalah laki-laki maka diangkatlah bayi tersebut, namun apabila yang lahir bayi perempuan maka bayi tersebut dikubur hidup-hidup. Sadis. Seperti yang termaktub di dalam kitabullah artinya “Padahal apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam (merah padam), dan dia sangat marah”. (QS. An-Nahl: 58).  Begitu kejam dan bengisnya orang-orang pada zaman itu, tidak memiliki rasa perikemanusiaan. Alhamdulillah sekarang tidak ada lagi hal-hal seperti itu, melalui agama Islam lah Allah meninggikan derajat kaum wanita. 

Berhasilnya Islam merubah cara pandang mereka terhadap sosok perempuan berawal dari sabda nabi Muhammad Shollallahu 'Alaihi Wasallam: “barang siapa mempunyai tiga orang anak perempuan yang dijaga dan dibesarkan dengan baik, maka anak-anak tersebut akan menjadi penghalang orang tuanya dari api neraka”. Semenjak mendengar sabda Nabi ini, mereka sangat gembira apabila istri mereka melahirkan seorang bayi perempuan. Begitulah cara Islam yang sangat indah dalam mengistimewakan kaum wanita, hingga kini derajat wanita tidaklah dipandang rendah seperti zaman sebelum Islam.          

Kini Islam telah memberikan salah satu tanggung jawab besar bagi wanita yaitu peranan sebagai seorang ibu, mengurus keberlangsungan rumah tangganya. Peran ini tidak bisa disepelekan dan diremehkan, karena pada pasalnya seorang ibu merupakan sosok strategis membina anaknya yang kelak menjadi generasi bangsa. Hal ini dikarenakan seorang ibu merupakan madrasah (sekolah) pertama bagi anaknya. sebab ibulah yang lebih sering berinteraksi dengan anaknya dari awal dilahirkannya hingga akhir hayatnya.            

Sedangkan Allah Subhanahu Wata'ala tidak memberikan tanggung jawab yang sama pada kaum lelaki, karena secara lahiriah lelaki tidak diciptakan untuk melahiran, menyusui, maupun sifat lemah lembut layaknya wanita. Allah menakdirkan lelaki memiliki tenaga dan kekuatan yang lebih kuat dibandingkan wanita, sehingga tugas seorang lelaki antara lain mencari nafkah bagi keluarganya. Inilah keseimbangan tanggung jawab yang Allah gariskan pada sosok lelaki dan perempuan.            

Namun, sekarang tatanan aturan yang datangnya dari Allah itu seakan-akan mulai dikikis oleh ideologi kapitalisme yang sangat jelas terlihat sekarang. Tak jarang kita dapati kaum wanita yang mencari nafkah, sedangkan suaminya hanya bersantai ria di rumah, menikmati hasil jerih keringat sang istri.            

Tidakkah kalian pernah mendengar hadits nabi Muhammad Shollahllaju 'Alaihi Wasallam yang menyatakan bahwa “Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya maka baiklah negaranya dan jika rusak wanitanya maka rusak pula negaranya”. Apa pendapat kaum hawa saat mendengar hadits tersebut?. Jujur, saat penulis pertama kali mendengar hadits tersebut, pikiran seolah dikelilingi oleh ribuan tanda tanya, mengapa dalam hadits tersebut harus tertera wanita bukan lelaki?. Mengapa wanita harus dikaitkan dengan sebuah negara?. Seberapa besarkah peranan seorang wanita bagi sebuah negara?. Masih banyak lagi pertanyaan yang melingkar di dalam pikiran ini. Pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu satu persatu terjawab pula, karena baru penulis sadari bahwa dari seorang wanitalah akan lahir pemimpin-pemimpin yang akan mengatur tatanan suatu negara. Logikanya, wanita yang baik pasti akan mendidik anak-anaknya menjadi generasi baik pula dan tidak akan membiarkan anaknya tumbuh menjadi generasi perusak, berakhlak bejat. Jadi dari sini kita telah mengetahui bahwa negara merupakan taruhan seorang wanita, baik atau buruknya suatu negara tersebut dilihat dari kaum wanitanya. Apakah mereka mendidik anak-anaknya menjadi lebih baik ataupun sebaliknya?. 

Menjadi seorang ibu bukanlah suatu pilihan tetapi hal tersebut merupakan sunatullah (sifat alami) yang ditakdirkan dan dikehendaki Allah atas hamba-Nya yang berjenis kelamin perempuan. Begitu pula dengan posisi seorang wanita menjadi tiang negara bukanlah suatu pilihan tetapi sudah menjadi fakta bahwa wanita berpengaruh bagi keberlangsungan suatu negara. Inilah suatu kemuliaan yang tinggi bagi kaum wanita, bukanlah suatu kehinaan seperti yang pernah disuarakan oleh golongan pemikir sekuler. Mungkin terlintas di benak segelintir orang, mengapa wanita dianalogikan seperti “tiang” bukan dengan pintu, jendela, dinding dan lain sebagainya?. Hal tersebut dikarena oleh penganalogian suatu negara bagaikan sebuah bangunan. Bangunan bisa berdiri kokoh dan kuat disebabkan oleh sebuah tiang yang menopangnya, apabila tiang tersebut rapuh maka ambruklah bangunan tersebut. Seperti itulah negara, rusaknya pribadi seorang wanita maka akan mengakibatkan hancurnya sebuah negara. Sungguh besar bukan peran seorang wanita?. Dengan ini kita tahu bahwa wanita itu tidak hanya dapat bergerak dalam lingkungan yang sempit saja, perannya pula bukanlah hanya sebatas sebagai ibu yang mengurusi rumah tangga, yang oleh sebagian orang dipandang sebagai wanita yang tidak berdaya dan tidak pula memiliki prestasi. Namun kita harus menyadari bahwa suatu negara itu lahir dari sebuah rumah tangga. Saya sangat berkesan kepada sebagian kaum Adam yang tidak menilai tugas seorang wanita sebagai ibu rumah tangga itu adalah hal yang tidak menghasilkan uang, karena mereka pasti memahami bahwa pengabdian wanita itu tidak dapat digantikan dengan seberapa banyak pun jumlah uangnya.
Dalam sebuah kehidupan keluarga, wanita merupakan sandaran terpenting bagi keluarganya. Maka dari itu wanita dituntut untuk selalu kuat dan tidak mudah rapuh dalam menghadapi problematika rumah tangga. Seperti yang telah dianalogikan sebagai sebuah tiang bangunan yang menjadi penopang utama tegak dan kokohnya sebuah bangunan. Apabila rapuh tiang bangunan hancurlah bangunannya. Jadi hal terpenting adalah kekuatan tiang tersebut, bukanlah bentuk ataupun ukirannya, begitu pula pada wanita bukan paras eloknya yang dijadikan pijakan tetapi kekuatan hatinya yang terpenting dalam mengatur tatanankehidupan. Dengan itu pula wanita dituntut untuk pintar dan cerdas, karena wanita juga harus tetap belajar dan memperbaiki kualitas dirinya sebagi bekal untuk mendidik putra-putrinya yang lahir dari rahim mereka. Sebagaimana disinggung dalam sebuah hadits, :Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah'. Pemaparan hadits ini menjelaskan kepada kita, bahwa tidak hanya lelaki yang wajib mencari ilmu, namun wanita pun diwajibkan. Karena setiap pendidikan yang didapatkannya merupakan investasi masa depan yang sangat berharga, khususnya dalam pengelolaan rumah tangga dan dalam mewujudkan generasi yang bermutu dan handal.
Wallahu 'A'lam Bish-Shawab.


Ditulis oleh: Nifi Devianty NH
Ketua Bidang Peper (Pemberdayaan Perempuan)
HMI Komisariat Tazkia
Cabang Bogor 2015-2016.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar